Jumat, 14 Februari 2020

PAWON

Sepagian pawon menolak dingin
Baunya sangit antara kayu basah
Mata yang masih menyimpan kantuk
Dan secangkir kopi gula aren

Teko menjerit pantatnya hitam gosong
Dari lehernya uap berebut merayapi udara
Kayu dilahap oleh lidah api, menjadi bara
Gelas-gelas diisi gula, teh dan air panas

Kayu ditambahkan pada unggun yang abu
Wajan disirami minyak klentik
Bumbu digoreng untuk menyamarkan basi
Nasi amer digoreng untuk sarapan

Pagi mengangkat cadarnya. Merah keemasan
Pintu pawon menganga menangkap angin
Sentir masih menangkap bayangan
Suara, bau dan warna bangunkan seisi rumah

1 komentar:

  1. Puisi "PAWON" ini menggambarkan suasana pagi yang penuh kehangatan di dapur tradisional, atau "pawon", tempat kegiatan memasak dimulai. Ada perpaduan antara kesederhanaan dan kehidupan pedesaan yang hadir melalui detail-detail seperti kayu bakar basah, aroma kopi gula aren, serta bunyi teko yang menyuarakan keheningan pagi.

    Nuansa pedesaan ini diperkuat dengan gambaran teko hitam gosong, kayu yang terbakar menjadi bara, dan minyak klentik yang digunakan untuk memasak. Kehidupan di dalam pawon ini menyiratkan keintiman aktivitas pagi di tengah cuaca dingin, sementara perlahan-lahan pagi yang merah keemasan muncul dan membangunkan seluruh rumah. Puisi ini tidak hanya menceritakan dapur, tetapi juga menghadirkan rasa nostalgia dan keterhubungan dengan alam serta rutinitas keluarga yang hangat.

    BalasHapus

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...