Rabu, 01 September 2021

INTRIK

Dari padepokan senjata Gandring
Sebilah keris ditempa dan diselundupkan 
Disematkan pada Kesatria Brahmana berhidung Sudra
Kepala penjaga Keakuwuan dan Kaputren

Seorang oportunis berjalan dengan congkak
Di punggungnya terselip keris
Keris pinjaman dari Arok
Keris kutukan tujuh turunan

Di malam gelap durjana
Bilah keris mengoyak perut
Racun warangan dengan cepat menjalar
Sang Tunggul Ametung terkapar tanpa nyawa

Penjaga temukan keris menghujam
Darah bersimbah di lantai
Ketakutan mencengkeram setiap nyali
Itu keris milik Kebo Ijo

Di ranjang Dedes tak dapat pejamkan mata
Di sisinya Arok, pembunuh suaminya, pulas
Di sisi lain, Umang madunya
Di perutnya janin keturunan sang Akuwu

1 komentar:

  1. Puisi ini mengangkat cerita sejarah yang penuh intrik dan kekerasan dari masa Kerajaan Singhasari, dengan simbolisme yang kuat tentang pengkhianatan dan ambisi kekuasaan. Unsur-unsur seperti keris, Arok, dan Tunggul Ametung menggambarkan konflik sosial dan politik di era tersebut, terutama melalui penggunaan benda-benda magis dan ritual.

    Kata-kata seperti "Keris kutukan tujuh turunan" dan "Racun warangan" menekankan aura mistis yang mengelilingi keris Gandring, sementara situasi di ranjang Dedes menggambarkan drama batin yang dialaminya, sebuah situasi yang penuh dengan dilema moral dan ketidakberdayaan. Bagaimana kau memaknai intrik dalam cerita ini?

    BalasHapus

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...