Sabtu, 18 September 2021

UPAH

Hari ini hari Sabtu, hari bayaran
Jam menunjukkan pukul empat dua puluh
Orang bergerombol menanti panggilan
Satu persatu  dipanggil dan menerima amplop
Amplop berisi upah kerja seminggu

Namanya dipanggil lewat pengeras
Serta merta ia bangun dan mendatangi
Sebuah amplop tipis diberikan
Hatinya berbunga karena minggu ini ada lembur
Upahnya lebih dari minggu sebelumnya

Sambil berjalan ke tempat parkir ia berpikir
Hendaklah mampir ke pasar untuk membeli buah tangan
Martabak terang bulan nampaknya cocok dimakan bersama anak dan istri

Di depan pasar, deretan penjual kue
Ia memarkir motornya agak jauh dari tukang jual terang bulan
Kebetulan sore itu ramai sekali
Ia berjalan menuju gerobak
Tiba-tiba ada orang yang memeluk dirinya
Sepertinya terpeleset akan jatuh
Dengan sigap ia pegang orang itu
Lalu orang itu minta maaf dan bergegas pergi menjauh

Di depan penjual terang bulan ia memesan satu loyang dengan taburan coklat kacang
Sambil menanti pesanannya selesai ia berandai-andai
Besok akan mengajak anak dan istrinya ke taman kota. Wisata. 

- Pak, pesanannya..... 
Diambilnya bungkusan kue
Lalu ia merogoh kantong
Mukanya berubah
Dirogohnya semua kantong
Atas, bawah. Nihil. 
Dan ia tercenung salah tingkah dan bingung
Amplop upah mingguannya raib

1 komentar:

  1. Puisi "UPAH" ini mengisahkan tentang momen penting dalam kehidupan seorang pekerja yang menunggu bayaran mingguan. Berikut adalah beberapa poin yang bisa diperhatikan dalam puisi ini:

    1. Tema dan Makna: Puisi ini menggambarkan perjalanan harapan dan kekecewaan. Mulanya, tokoh utama merasa bahagia karena akan menerima upah yang lebih, namun kebahagiaan itu terguncang saat ia menyadari amplopnya hilang. Ini mencerminkan ketidakpastian dalam kehidupan sehari-hari.


    2. Penggambaran Emosi: Emosi tokoh dapat dirasakan dengan jelas, mulai dari kebahagiaan saat menerima upah, harapan untuk merayakannya dengan keluarga, hingga kekecewaan dan kebingungan ketika amplop tersebut hilang.


    3. Detail Visual: Deskripsi tempat, seperti pasar dan gerobak penjual martabak, memberikan nuansa yang hidup. Pembaca bisa membayangkan suasana ramai dan bagaimana tokoh berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.


    4. Narasi yang Mengalir: Alur cerita yang disampaikan secara naratif dan terstruktur baik, membawa pembaca mengikuti setiap langkah tokoh. Dari menerima upah, berbelanja, hingga peristiwa tak terduga yang membuatnya bingung.


    5. Konflik Internal: Ada konflik yang lebih dalam ketika tokoh menghadapi realitas kehilangan setelah sekian banyak harapan yang dibangun. Ini menunjukkan betapa rapuhnya kebahagiaan dan harapan dalam kehidupan.



    Puisi ini memberikan gambaran mendalam tentang pengalaman sehari-hari yang banyak dialami orang, serta perasaan campur aduk yang bisa muncul dalam momen-momen sederhana. Apakah ada elemen tertentu yang ingin Anda eksplorasi lebih lanjut?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...