Di kuburan tua hanya ada lengang
Remang bayang ditepis sinar bulan
Serangga malam terbang melanglang
Di samping kubur beberapa orang duduk sila
Mengelilingi tungku yang melepas asap kemenyan
Seorang tua merapal memimpin doa
Samar bau kembang setaman bercampur
Sesekali tangan si tua memasukkan sesuatu ke bara
Asap dupa membumbung tinggi
Di sampingnya, uba rampe berupa, candu, kopi dan rokok dalam satu takir
Ditambah kembang tujuh rupa dan kendi berisi air
Tiba-tiba selarik sinar melintasi kelam malam
Seperti bola api terbang melayang
Dengan cepat turun di hadapan
Suaranya berdebum seperti durian jatuh
Sosok lelaki tinggi kurus berdiri
Punggungnya bungkuk ke kiri
Pakaiannya semua putih
Wajahnya disamarkan oleh malam yang sepi
Tongkat menahan tubuhnya
Angin kian menggiriskan hati
Orang-orang kian menunduk takzim
Lalu suara sekembut nyamuk terdengar di telinga
Sajenmu sudah tak tompo, le
Kalian ingin apa dariku
Pemimpin doa lalu mengangkat tangan menyembah sambil berkata
Kami ingin minta nomor togel untuk undian lusa, Mbah
Puisi MUSYRIK ini menghadirkan suasana mistis yang mencekam, menggambarkan ritual di kuburan pada malam hari, dengan elemen-elemen seperti kemenyan, dupa, dan sajen yang menyatu dalam bayang-bayang dunia supranatural. Kesan spiritualitas yang menyimpang tergambarkan melalui tokoh tua yang memimpin doa, hingga kemunculan sosok misterius yang diminta untuk memberikan sesuatu yang duniawi, yakni nomor togel.
BalasHapusPuncak cerita diakhiri dengan nada satire, di mana ritual yang dianggap khusyuk justru berujung pada permintaan yang berbau takhayul dan perjudian, menggarisbawahi konsep musyrik atau penyimpangan dalam keyakinan. Ini menegaskan pesan moral bahwa kesucian doa dan kepercayaan spiritual bisa ternodai oleh keinginan manusiawi yang tak pada tempatnya. Karya ini seolah menjadi kritik terhadap perilaku keagamaan yang menyimpang dan menunjukkan betapa rapuhnya batas antara keyakinan tulus dengan pencarian materi.