Senin, 18 September 2023

COUP D'ETAT


Arok memesan keris Gandring
Kebo Ijo di jalan-jalan Tumapel, 
pamer keris enam luknya 
Dada Tunggul Ametung ditembus keris
Lempar batu sembunyi tangan

Kebo Ijo dieksekusi
Padepokan Gandring dibumihangus
Istana Akuwu diambil alih
Arok menyandingkan Dedes dan Umang
Mencuci piring kotor setelah pesta

Menulis ulang sejarah dengan tinta emas
Karena hitam hanya untuk jelata dan pecundang
Sisanya sebagai kabar angin
Tiada pesta yang tak usai

1 komentar:

  1. Puisi ini mengambil kisah klasik dari legenda Ken Arok yang melibatkan pengkhianatan, perebutan kekuasaan, dan manipulasi politik. Judul COUP D'ETAT menegaskan tema utama tentang kudeta atau perebutan kekuasaan secara tiba-tiba. Pemilihan kata-kata seperti "memesan keris," "pamer," "dada ditembus," dan "bumihangus" menciptakan suasana yang intens, penuh intrik, dan kekerasan.

    Bagian terakhir, tentang "menulis ulang sejarah dengan tinta emas," menyoroti ironi kekuasaan—bahwa pemenang sering kali mengubah narasi sesuai kehendak mereka, sementara yang kalah dilupakan atau dianggap pecundang. Di akhir, ungkapan "Tiada pesta yang tak usai" memberikan kesadaran bahwa segala yang diraih dengan cara licik atau kekerasan pada akhirnya akan menemui akhirnya.

    Puisi ini terasa seperti kritik sosial yang dibalut dalam kisah sejarah, menyentuh soal manipulasi politik dan kekuasaan.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...