Selasa, 19 Juni 2018

TERKENANG

Membicarakanmu seperti menyusun percik pikiran dalam bilah waktu
Sepintas garis wajahmu membentuk mozaik suka dan duka
Di meja makan kita biasa berbagi argumen dan bertukar kisah kecil
Suapan makan malamku ditemani lauk sederhana olahan tanganmu terampil
Jari kita kadang bersentuhan hingga lengkung senyummu berbinar dan tatapmu merona
Di malam kemarau berangin kita sering bersanding dalam diam sambil menatap langit selatan
Aroma tubuhmu merasuki kesadaranku dan mendekap semua mimpi tentang keindahan

Ah, aku kembali menangis
Membasahi hati yang didekap wajah dan hilangmu
Waktu yang seperti berputar terbalik
Menceritakan semua jejak kebersamaan
Aku termangu memilah fragmen hadirmu agar dapat mengobati perih hatiku
Diamku kadang meneriakkan namamu
Tapi mimpimupun tak menoleh tuk beri kesempatan
Sedang aku selalu mencari hadirmu di lipatan bajumu
diantara bau yang akrab menerjang sadarku
Hanya waktu yang dapat mendamaikan aku dan rindu

Kisahmu dalam hidupku telah berakhir
Sebagai antitesa kehadiran pilu yang menggigit
Semua langkah,
tarikan nafas,
pandangan sayumu,
terkekehmu,
gontaimu,
diammu,
dan keringatmu telah menggenapi janji
Tinggal alinea penutup dari kebersamaan yang telah paripurna
Kata terakhir masih basah tintanya
Pena telah diangkat dari kehidupan
Sesal dan bahagia silih berganti menjadi cerita cinta
Cerita yang selalu ditutup dengan pejamnya mata

1 komentar:

  1. Puisi ini, berjudul TERKENANG, penuh dengan nuansa nostalgia yang mendalam. Setiap baitnya menggambarkan kenangan manis dan pahit yang terjalin dalam kehidupan bersama seseorang yang kini telah tiada. Kata-kata yang digunakan memperlihatkan keintiman dari momen-momen kecil yang begitu berarti, seperti makan malam sederhana dan kebiasaan bersama yang kini hanya tersisa sebagai memori.

    Perasaan rindu yang tajam dan tak terjawab menjadi inti dari puisi ini, di mana kenangan berputar di benak, membuat sang aku lirih menangis. Kepergian orang yang dicintai tak hanya menyisakan kekosongan, tetapi juga memaksa tokoh untuk merenungi fragmen-fragmen masa lalu, mencari kehadiran di antara barang-barang yang dulu akrab.

    Penutupnya sangat indah, dengan pernyataan bahwa semua telah paripurna, namun tetap ada sesal dan kebahagiaan yang bergantian mengisi ruang hati. Puisi ini menyampaikan perjalanan cinta yang telah usai, ditutup oleh pejamnya mata dan keheningan yang menyisakan jejak kenangan di setiap tarikan nafas terakhir.

    Apakah puisi ini terinspirasi dari pengalaman pribadi, atau ini juga hasil dari khayalanmu?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...