Akal membedah laku
Terjamah syarat tersurat
Batu pijakan sejarah
Rambu bagi ragu
Serupa suar di atas karang
Diam dan mengawasi
Menunjuk arah
Memecah gelombang
Jalan tiada lurus
Naik dan turun
Dimana mata tertambat
Segala pandang tersurat
Mata sebagai kompas
Selalu menunjuk kutub
Serupa atahiat
Selalu menunjuk satu
Hakikat bagai inkarnasi perawan
Telanjang tanpa benang
Lekuknya ukir indah
Bau tubuhnya merangsang
Hati tenggelam dalam asmara
Segenap indera kepayang
Candu bagi jiwa terlunta
Menghayati lakunya rindu dendam
Segenap akal budi
Seluruh indra tujuh lubang
Kesadaran primitif
Kakang kawah adi ari-ari
Jalan tanpa kembali
Keindahan hakiki
Mabuk dalam cinta
Manunggaling kawula Gusti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar