Kamis, 12 September 2019

FRAGMEN

Dengan sedikit ragu, ia membuka slot kunci pagar. Didorongnya pagar perlahan hingga terbuka.

Dari pagar hingga beranda terbentang jalan kecil berkerikil. Di kiri kanannya ditanami krokot yang tumbuh subur.

Di beranda yang asri, bergantungan pot-pot dengan aneka tanaman. Juga seperangkat meja kursi terbuat dari besi. Kokoh.

Sesampai di depan pintu rumah, perlahan ia mengetuknya.
"Tok... tok... tok...".
" Assalamu'alaikum", suaranya parau.

Ditunggu sejenak, lalu diulanginya lagi mengetuk pintu.
"Tok... tok... tok... ".
" Assalamu'alaikum ", kembali ia uluk salam.

Diambilnya kertas lusuh dari kantong celana. Dibacanya alamat yang tertera. Dicocokkan dengan nomor rumah yang terpampang di samping pintu. Lalu, kertas lusuh itu dimasukkan kembali ke dalam kantong celana setelah dilipat rapi.

Sedikit jinjit, wajahnya diletakkan di kaca jendela. Matanya ditutupi jari tangannya menolak silau. Di dalam, ada seperangkat kursi dan lemari. Di tembok ada lukisan replika dan beberapa foto. Suasana asri dan sepi.

Kemudian, dicobanya lagi mengetuk pintu.
"Tok... tok... tok... ".
" Assalamu'alaikum ", suaranya lebih keras.

Ditunggu beberapa waktu, tetap tidak ada jawaban.
Dengan apa boleh buat, ia balikkan badan menuju pagar, lewat jalan kecil berkerikil yang di kiri kanannya ditanami krokot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...