Dengan sedikit ragu, ia membuka slot kunci pagar. Didorongnya pagar perlahan hingga terbuka.
Dari pagar hingga beranda terbentang jalan kecil berkerikil. Di kiri kanannya ditanami krokot yang tumbuh subur.
Di beranda yang asri, bergantungan pot-pot dengan aneka tanaman. Juga seperangkat meja kursi terbuat dari besi. Kokoh.
Sesampai di depan pintu rumah, perlahan ia mengetuknya.
"Tok... tok... tok...".
" Assalamu'alaikum", suaranya parau.
Ditunggu sejenak, lalu diulanginya lagi mengetuk pintu.
"Tok... tok... tok... ".
" Assalamu'alaikum ", kembali ia uluk salam.
Diambilnya kertas lusuh dari kantong celana. Dibacanya alamat yang tertera. Dicocokkan dengan nomor rumah yang terpampang di samping pintu. Lalu, kertas lusuh itu dimasukkan kembali ke dalam kantong celana setelah dilipat rapi.
Sedikit jinjit, wajahnya diletakkan di kaca jendela. Matanya ditutupi jari tangannya menolak silau. Di dalam, ada seperangkat kursi dan lemari. Di tembok ada lukisan replika dan beberapa foto. Suasana asri dan sepi.
Kemudian, dicobanya lagi mengetuk pintu.
"Tok... tok... tok... ".
" Assalamu'alaikum ", suaranya lebih keras.
Ditunggu beberapa waktu, tetap tidak ada jawaban.
Dengan apa boleh buat, ia balikkan badan menuju pagar, lewat jalan kecil berkerikil yang di kiri kanannya ditanami krokot.
Kamis, 12 September 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar