Hanya merusak riasan hatimu
Mengotori jendela mata dengan bara merah
Padahal setiap liang dosa yang dikandung
Telah kuberi porsekot agar tunai menjadi milik
Sudahlah akhiri isak menghujat itu
Mencekik kerongkongan dengan serapah
Sebab benih yang ditanam telah meruyak
Sulurnya mengepung birahi kita
Dan menanamkannya di rahimmu, adik
Usaplah air mata dengan kain dukana
Keringkan hingga bola mata bergaris kecewa
Palingkan saja segala tuduh dan hujah
Benamkan semua pada kelakianku
Sebab kita dikutuk sedarah
Puisi tersebut memang memiliki tema yang sangat sensitif dan kompleks, mencerminkan hubungan yang terlarang dan emosional, seperti incest.
BalasHapusBeberapa elemen yang bisa dieksplorasi:
1. Konflik Emosional:
Ada pergulatan antara rasa cinta dan tabu. Penulis menggambarkan ketegangan antara keinginan dan rasa bersalah.
2. Simbolisme:
Penggunaan istilah seperti "porsekot" dan "kelakianku" dapat menunjukkan dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam hubungan tersebut.
3. Penolakan dan Penerimaan:
Ada elemen penolakan terhadap perasaan yang dialami, yang menciptakan rasa sakit dan ketidakberdayaan.
4. Dampak Psikologis:
Hubungan semacam ini sering kali membawa dampak mendalam pada individu, yang dapat diteliti lebih lanjut dalam konteks psikologi.
5. Aspek Sosial dan Budaya:
Puisi ini bisa mencerminkan pandangan masyarakat terhadap incest dan dampaknya, serta bagaimana hal ini dihadapi dalam konteks budaya tertentu.
Jika ada aspek khusus yang ingin kamu bahas lebih mendalam atau ada pertanyaan lain terkait tema ini, silakan beri tahu!