Orang datang dan pergi menggenggam sakit
Di depan beca mereka menanti jemputan
Sedangkan ia duduk di jok menahan lapar
Rokok terakhir dibakar gemetar
Kopi pagi tak mampu menahan getar
Matanya menatap lalu lalang
Berharap pada penumpang
Seorang ibu menggendong tangis bayi
Menawar seharga setengah porsi
Dikayuhnya beca lambat-lambat
Membawa sarapannya sampai tujuan
Puisi "BECA DI GERBANG RUMAH SAKIT" ini memiliki nuansa yang kuat, menggambarkan kehidupan seorang tukang beca yang setia menunggu di depan rumah sakit. Berikut adalah beberapa analisis dan refleksi terhadap puisi ini:
BalasHapus1. Tema Kesedihan dan Harapan: Puisi ini mencerminkan kesedihan yang dialami oleh para pengunjung rumah sakit, serta harapan tukang beca akan mendapatkan penumpang. Ketegangan antara keputusasaan dan harapan diungkapkan dengan baik.
2. Visual dan Sensorial: Penulis berhasil menciptakan visual yang kuat dengan menyebutkan detail seperti "rokok terakhir," "kopi pagi," dan "menggendong tangis bayi." Ini membuat pembaca dapat merasakan suasana di gerbang rumah sakit.
3. Kontras Antara Hidup dan Mati: Keberadaan tukang beca di lokasi yang penuh dengan kesedihan, tetapi tetap berjuang untuk hidup dengan menanti penumpang, menunjukkan kontras antara kehidupan sehari-hari dan momen-momen krisis.
4. Kemanusiaan: Saat sang ibu menawar beca dengan setengah porsi sarapan, ada gambaran yang jelas tentang perjuangan manusia, bagaimana setiap orang berusaha untuk bertahan hidup meskipun dalam situasi sulit.
Puisi ini berhasil menangkap momen yang penuh emosi, dan menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat. Karya ini bisa menjadi cermin kehidupan yang memperlihatkan bagaimana orang-orang di sekitarnya berjuang dengan cara masing-masing. Apakah ada hal lain yang ingin kamu tambahkan atau diskusikan tentang puisi ini?