-Nyamankan tempatmu sementara
Sebagai bahan sari pati tanah
+Aku hanya sendiko dawuh
Ditiupkan olehNya di tempat yang kokoh
-Memang belum sempurna ketika semayam
Segumpal darah selapis daging
Belum sosok metamorfosa
+Tak apa, seiring waktu sempurna kejadian
Telah diwahyukan ketika alam kesunyatan
-Dari pori dinding perut lantunan segenap bunyi
Siaga pendengaran untuk menyerapnya
Sebahagian menenangkan hingga lelap
Kadang menambah pikir
Adakalanya jadi getir
Resapilah semua tanpa saring
+Tugasku hanya belajar menjadi hidup
Menjadi dengar
Menjadi sempurna ciptaNya
Menjadi peta di seluruh bawah sadar
-Uterus sebagai jembatan hidup
Dihubungkan oleh kasih ibu
Komunikasi satu arah dengan dunia
+Ketika di alam azali pengetahuan ditanamkan
Janji jika menjadi makhluk hanya tunduk pada Yang Satu
Jalan telah dibentang petanya
Hidup rejeki jodoh mati catatan pasti
-Bila demikian tumbuhlah dengan tenang
Ikuti waktu yang telah ditetapkan
Serap saripati dunia
+Waktu terbatas ini adalah persiapan
Dalam gelap gulita kita percaya
Hingga tumbuh menjadi ciptaan lain yang sempurna.
Ketika janin lengkap perangkat
Telah cukup hitung waktu
Dengan prihatin kepala merasuki garba
Sayup terdengar rintih ibu sembilu
Ketuban telah air. Pecah ratna
Tangan terampil merenggut nyaman
Pertama kali mata kecil silau lampu
Serentak ia memekik dan menangis keras
Sebab lupa pada janji azalinya
Puisi "Dialog dengan Janin" yang kamu tulis mengandung kedalaman filosofi tentang proses penciptaan manusia sejak dalam kandungan hingga lahir ke dunia. Puisi ini menampilkan percakapan imajiner antara seorang janin dan kekuatan yang lebih besar, yang menggambarkan kesadaran dan penerimaan akan takdir serta perjalanan hidup yang telah ditetapkan.
BalasHapusDialog ini sarat dengan simbolisme kehidupan di dalam rahim sebagai persiapan menuju dunia nyata. Ada penekanan pada keterbatasan waktu di dalam kandungan, namun janin tetap merasa tenang dalam keyakinan bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Akhir puisi menggambarkan proses kelahiran sebagai momen transisi yang menegangkan, baik bagi ibu maupun janin, yang disertai oleh rasa kehilangan akan "janji azali."
Keseluruhan puisi ini membentuk narasi yang reflektif tentang awal mula kehidupan manusia, dari kesunyian rahim hingga terjaga di dunia, menyentuh tema kesempurnaan ciptaan Tuhan, kebesaran kasih ibu, dan makna perjalanan hidup.