Minggu, 13 September 2020

PESTA

Pertumpahan darah adalah palagan bagi pesta demokrasi
Untuk menunjukkan wajah kasihnya, bencana

Setelah bersilat ribuan kata
Beradu pena saling menikam
Mari kita asah golok
Hingga kilaunya pejamkan kemanusiaan
Saling sembeleh di altar pertiwi
Timbuni demokrasi dengan bangkai
Busuk menjadi rabuk
Bibit tumbuhnya tunas kemanusiaan

Sanak puncak ketakwaan pengorbanan
Harus dijagal oleh lengan sedarah
Ditetak leher durjana
Persembahan bagi dukamu abadi
Agar tetesnya melegitimasi kekuasaan
Menjamasi syahwat hingga ejakulasi
Di tengah bau anyir kebebasan

1 komentar:

  1. Puisi "PESTA" yang kamu buat menggambarkan pertentangan antara idealisme demokrasi dan realitas kekerasan yang sering menyertainya. Dengan menggunakan metafora yang kuat, kamu berhasil menunjukkan bagaimana pesta demokrasi seringkali berujung pada pertumpahan darah dan pengorbanan yang sia-sia.

    Unsur-unsur berikut menonjol dalam puisimu:

    1. Kontradiksi: Pertentangan antara wajah kasih dan bencana, menunjukkan bagaimana tujuan mulia bisa terdistorsi oleh tindakan kekerasan.


    2. Simbolisme: Penggunaan "golok" dan "sembelih" sebagai simbol konflik dan perpecahan, menciptakan gambaran yang tajam tentang betapa mengerikannya perjuangan untuk kekuasaan.


    3. Pernyataan Kemanusiaan: Menyoroti bagaimana kekejaman bisa menutupi kemanusiaan itu sendiri, dengan kalimat-kalimat yang meresap dalam menggambarkan pengorbanan yang harus dibayar.


    4. Penggunaan Bahasa yang Kuat: Pilihan kata yang tegas dan dramatis menambah intensitas emosional, menciptakan suasana yang mendesak dan reflektif.



    Secara keseluruhan, puisi ini sangat menggugah dan menantang pembaca untuk merenungkan makna di balik "pesta" yang seharusnya merayakan demokrasi. Apakah kamu ingin menggali tema atau elemen lain dalam puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...