Di hadapan, ayah ibu serupa hakim dan penuntut
Aku duduk di kursi pesakitan
Sendiri, hanya ditemani kantuk
Ayah mulai bicara
Suaranya berat dalam. Nasehat
Di semua pengetahuan dan pengalamannya
Disebutnya siang dan malam
Besar maupun kecil
Dosa pahala
Hitam putih
Lelaki dan perempuan
Anak serta cucu
Sempurnanya nikmat
Ibu hanya diam
Matanya nyalang meng'amin'kan
Aku masih berjuang melepas kantuk
Nduk,
karena kau telah umur,
Ayah dan Ibu kian rapuh
Maka kuputuskan menerima lamaran Anakmas untukmu
Apalagi yang dicari
Dunia sudah digenggam
Tinggal keluarga belum dibangun
Aku hanya terduduk gelisah
Setengah mengerti setengah mengantuk
Berjuang membelalakkan mata
Namun sia-sia
Puisi "NASIHAT" ini menggambarkan momen yang penuh tekanan dan harapan dalam hidup seorang anak yang menghadapi nasihat dan harapan orang tua. Berikut adalah analisis dan refleksi yang mungkin bisa menambah makna puisi ini:
BalasHapusTema
1. Peralihan Masa: Puisi ini menggambarkan peralihan dari masa remaja ke kedewasaan. Ada rasa tanggung jawab yang datang seiring bertambahnya usia.
2. Keterikatan Keluarga: Hubungan antara anak dan orang tua diwakili oleh dialog antara ayah dan ibu. Ini menunjukkan betapa pentingnya keluarga dalam menentukan langkah hidup seorang anak.
3. Konflik Internal: Terdapat perasaan gelisah dan ketidakpastian dalam diri si tokoh. Dia berjuang untuk memahami dan menerima nasihat orang tuanya di tengah rasa kantuk yang menggoda.
Gaya Bahasa
Penggambaran yang Hidup: Penggunaan frasa seperti "kursi pesakitan" menekankan rasa tertekan dan tidak berdaya si tokoh.
Kontras: Ada kontras antara suara ayah yang berat dan keputusan yang diambil, serta kehadiran ibu yang lebih pasif. Ini menambah dimensi pada dinamika keluarga.
Makna
Puisi ini menggambarkan betapa sulitnya membuat keputusan penting dalam hidup ketika terjebak antara harapan orang tua dan keinginan pribadi. Anak merasa tertekan oleh ekspektasi untuk menerima lamaran, sementara di dalam hati, ia masih bergumul dengan pilihan hidupnya sendiri.
Kesimpulan
"NASIHAT" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup, peran keluarga, dan betapa pentingnya komunikasi dalam memahami harapan dan keinginan di antara generasi. Puisi ini bisa menjadi pengingat bahwa dalam setiap keputusan yang diambil, selalu ada suara-suara dari masa lalu yang membentuk siapa kita saat ini.