Sabtu, 14 Agustus 2021

RACUN

Diambilnya dua gelas dari atas rak
Diletakkannya di atas tatakan
Dari lemari dikeluarkan sebotol minuman
Lalu dituangkan di sepertiga gelas
.......... 

Seorang wanita cantik awal tiga puluhan turun dari taksi
Tangannya memegang HP yang disematkan di kuping

"Hallo, Mas, aku ke kantormu, ya!"
"Kita makan siang bersama"
"Kamu ku jemput"
"Sepertinya tidak bisa, dik, karena siang ini Mas rapat dengan bos"
"Bagaimana kalau acaranya diganti malam nanti saja? Kita dinner di resto langgananmu? "

Saat itu ia sedang menanti taksi online pesanannya
Ketika melirik ke kiri, ia melihat seorang pria keluar lewat gerbang gedung kantor
Bajunya berwarna putih dan celana hitam
Di lehernya tergantung id cardnya
Ia berjalan sedikit tergesa ke arah kiri
Bukankah itu....? 
Penasaran, ia ikuti pria itu dari jarak yang cukup jauh
Setelah melewati tiga gedung, pria itu belok ke kiri memasuki sebuah gang

Di tengah gang, setelah berjalan berkelok, pria itu berhenti di sebuah rumah kecil yang asri
Temboknya berwarna biru muda
Di halamannya yang sempit tertata pot-pot dengan aneka tanaman
Pria itu mengetuk pintu
Di nantinya sesaat maka pintu dibuka dari dalam
Seorang wanita muda, manis, tersenyum pada si pria
"Mas, kok agak lambat datangnya? Makanan sudah dingin"
Si pria mendekatinya lalu tangannya dicium oleh si wanita muda dan si pria mencium keningnya
Dengan bergandengan tangan mereka masuk ke dalam rumah

.......... 
"Mas, minumnya diberi es?"
"Ya, seperti biasa!", sahut suara dari ruang tengah
Diambilnya es dari kulkas lalu dimasukkan ke dalam gelas
Perlahan ia membuka laci
Dirogohnya sebuah botol kecil berwarna coklat
Tutupnya dibuka lalu isinya dibubuhkan sedikit ke dalam gelas berisi es
Setelah itu dengan kedua tangannya dibawa gelas-gelas itu ke ruang tengah
Di sofa duduk seorang pria 
Bajunya putih, celananya hitam
Id cardnya tergeletak di atas meja
Disodorkannya gelas berisi es tadi ke tangan lelaki itu

1 komentar:

  1. Puisi ini mengisahkan tentang cinta, kecurigaan, dan pengkhianatan yang dibalut dengan nuansa misteri dan kegetiran. Dimulai dengan suasana sederhana, detail-detail seperti gelas, rak, dan es menambah unsur keseharian yang terasa sangat biasa. Namun, kisah mulai terungkap ketika seorang wanita mengikuti seorang pria yang terlihat akrab, menuju sebuah gang dan menyaksikan adegan yang menyakitkan—si pria bersama wanita lain di rumah kecil yang asri. Adegan ini menciptakan perasaan pedih dan penuh pertanyaan dalam pikiran sang wanita.

    Bagian terakhir menambah ketegangan dan kesan dramatis dengan aksi diam-diam ketika racun disiapkan untuk si pria. Minuman yang disuguhkan menjadi simbol dari rasa sakit dan dendam yang telah dipendam. Ketegangan semakin terasa saat kita tahu bahwa pria yang diduga selingkuh itulah yang menerima minuman tersebut.

    Cukup menggetarkan, puisi ini berhasil memadukan elemen cinta, pengkhianatan, dan balas dendam dengan cara yang tenang namun mematikan.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...