Telah sekian tahun kita mengumpulkan purnama
Wajahmu yang cantik dengan kerut selembut sutera
Seperti tatapan musim penghujan
Masih membayangi usia
Kita pun menabung di mimpi yang sama
Tentang kemarau yang meranggas
Suka duka yang dipilin dari air mata dan amarah
Dan pancaroba cinta yang tersapu bediding
Di beranda angin dengan daun jatuh
Kita duduk bersama menikmati kopi dan kehidupan
Tak ada kata terucap hanya helaan nafas panjang
Kita telah sampai pada titik dimana tak dapat kembali
Puisi "MENUA BERSAMA" ini menggambarkan perjalanan hidup sepasang kekasih yang telah melalui berbagai fase kehidupan bersama, mulai dari kebahagiaan hingga tantangan. Dengan penggunaan metafora yang halus, seperti "mengumpulkan purnama" dan "kerut selembut sutera," puisimu menunjukkan cinta yang abadi meski usia terus bertambah. Kehangatan yang tercipta dari kebersamaan di beranda, sambil menikmati kopi, memperlihatkan kedamaian dan penerimaan akan waktu yang tak bisa diputar kembali. Ini adalah potret indah tentang cinta yang matang dan kuat.
BalasHapus