Stasiun telah nampak rentanya. Jam yang menempel di tembok. Terlihat lebih besar dan lelah.
Tak seperti kedatanganmu yang dipenuhi gairah, sehingga tiga malam kau tak dapat tidur, dengan senyum yang selalu tersungging, dengan ekstra enerji. Manik.
Kepulanganmu adalah malam yang derai air mata. Ranselmu terisi penuh oleh pakaian, pedih dan sedih, serta buah tangan. Semua sempit menghimpit. Depresi.
Suara pengumuman terdengar dengan keras. Kereta malam telah tiba. Kau berdiri lalu mencium tanganku. Dengan bergegas kau mendatangi peron. Lalu lewati gerbang. Tanpa menoleh lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar