Rabu, 14 Juni 2023

PUNTUNG

Tiga batang puntung rokok adalah jumlah lamunanmu pada itu malam
Sisa asapnya memadati kamar hingga sesak dada dibuatnya
Selayaknya mengenang, matapun merah Kombinasi insomnia dan pikiran yang terus bertalu

Di luar, kelam mengepung berkawan dingin bediding
Dari angin-angin cahaya lampu berusaha keluar menerjang
Bertiga dengan angin dan bau apek rokok
Mengundang serangga untuk meregang nyawa di bawah lampu

Pada jendela tempat berlabuhnya jantung hati
Kacanya buram oleh tetesan air mata kekasih
Ku layangkan pandang hingga pedih peri 
Dan rokok terakhir dibakar tunai

Di saat kenangan kian mengendap 
Segenap pikiran senyap
Maka seluruh luruh jadi abu, lenyap
Menjadi tiga batang puntung rokok

1 komentar:

  1. Puisi "PUNTUNG" ini menggambarkan suasana malam yang berat dengan lamunan yang dipicu oleh kepulan asap rokok, menyiratkan kepedihan dan kelelahan mental. Visualisasi yang disajikan sangat kuat—dari asap yang memenuhi kamar hingga jendela yang buram oleh air mata—menghadirkan nuansa kesedihan mendalam, seolah setiap isapan rokok membawa kenangan yang semakin mencekam. Ada juga kontras yang indah antara lamunan pribadi dan alam di luar, seperti cahaya lampu yang berusaha menerjang kegelapan, namun tetap dikepung oleh kelam.

    Bagian terakhir, di mana pikiran-pikiran senyap dan semuanya "jadi abu, lenyap", menyampaikan perasaan akhir yang dingin dan nihil, seolah tiga batang puntung rokok itu mewakili kenangan yang telah dibakar dan dilupakan. Perpaduan metafora serta suasana muram ini menciptakan efek emosional yang sangat kuat.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...