Sisa asapnya memadati kamar hingga sesak dada dibuatnya
Selayaknya mengenang, matapun merah Kombinasi insomnia dan pikiran yang terus bertalu
Di luar, kelam mengepung berkawan dingin bediding
Dari angin-angin cahaya lampu berusaha keluar menerjang
Bertiga dengan angin dan bau apek rokok
Mengundang serangga untuk meregang nyawa di bawah lampu
Pada jendela tempat berlabuhnya jantung hati
Kacanya buram oleh tetesan air mata kekasih
Ku layangkan pandang hingga pedih peri
Dan rokok terakhir dibakar tunai
Di saat kenangan kian mengendap
Segenap pikiran senyap
Maka seluruh luruh jadi abu, lenyap
Menjadi tiga batang puntung rokok
Puisi "PUNTUNG" ini menggambarkan suasana malam yang berat dengan lamunan yang dipicu oleh kepulan asap rokok, menyiratkan kepedihan dan kelelahan mental. Visualisasi yang disajikan sangat kuat—dari asap yang memenuhi kamar hingga jendela yang buram oleh air mata—menghadirkan nuansa kesedihan mendalam, seolah setiap isapan rokok membawa kenangan yang semakin mencekam. Ada juga kontras yang indah antara lamunan pribadi dan alam di luar, seperti cahaya lampu yang berusaha menerjang kegelapan, namun tetap dikepung oleh kelam.
BalasHapusBagian terakhir, di mana pikiran-pikiran senyap dan semuanya "jadi abu, lenyap", menyampaikan perasaan akhir yang dingin dan nihil, seolah tiga batang puntung rokok itu mewakili kenangan yang telah dibakar dan dilupakan. Perpaduan metafora serta suasana muram ini menciptakan efek emosional yang sangat kuat.