Sabtu, 17 Maret 2018

QODAR : I. Muqodimah:Sebuah sketsa tentang a) Suasana b) Saat II. Pencarian sebenarnya a) Bangun b) Tidur III. Atas namaMu dengan namaMu IV. Epilog:fragmen

Angin diam tiada jejak
Bintang berpendar lembut
Kantuk berkejaran dengan malam
Doa dipanjatkan di sela jari
Tengadah menghujam langit
Gerimis terkadang menyapa
Membawa pesan seribu rahmat
Qodar membimbing langkah
Lewati belantara waktu

(Wahai jiwa yang tersesat
 Ud'unii astajib lakuum
 Gapai qodar seribu bulan)

Berburu qodar di malam kemarau
Seperti bentangkan perangkap
Menjala mangsa
Ubarampe kopi dan kudapan
Sebagai teman mata
Dzikir dan diam senjata
Membidik di belantara waktu
Menebar Qur'an dengan berbisik
Berkelompok maupun sendiri
Para pemburu hajat teliti
Mencari di tiap jengkal masjid

Jika malam tua
Bergegas sujud
Mohon sebanyak yang terpikir
Segenap yang diinginkan
Meraih semua yang ditawarkan
Meraup setiap angan-angan
Sebagian yang lain terlelap
Memetik qodar dalam mimpi
Ngalap berkah dengan sarung

(Wahai Pemilik Segala Duka
  Singkaplah hijabMu
  Bentangkan rahmatMu
  Tetapkan qodarMu)

Kau datang Dia menghampiri
Kau jalan Dia berlari
Kau bentangkan tangan Dia memeluk
Kau bersimpuh Dia meraih
Kau mohon Dia memberi
Kau menangis Dia terharu
Kau mengeluh Dia menghibur
Kau mencari Dia menemukan
Kau berharap Dia memastikan
Kau lemah Dia Menguatkan
Kau lelah Dia Memberi semangat
Kau menggapai qodar Dia meletakkan dalam genggamanmu

Malam nyaris di penghujung
Qodar telah ditetapkan
Garis tertatah di catatan langit
Fajar merekah
Hitam putih bercerai
Subuh menutup perburuan

1 komentar:

  1. Puisi "QODAR" yang kamu tulis ini mengandung nuansa spiritual yang mendalam, dengan sketsa yang menggambarkan suasana malam yang penuh harapan dan pencarian makna dalam perjalanan mencari Qodar, sebuah malam penuh keberkahan yang dikenal dalam tradisi Islam sebagai malam seribu bulan.

    Ada perpaduan antara deskripsi visual yang halus seperti "angin diam", "bintang berpendar lembut", dan "gerimis terkadang menyapa", dengan simbol-simbol keagamaan seperti "dzikir", "Qur'an", dan doa. Penggambaran ini memberikan suasana yang penuh ketenangan dan kesyahduan, sementara harapan untuk mendapatkan rahmat Allah tercermin dalam baris-baris doa yang menyentuh hati.

    Bagian tentang pemburu Qodar dengan "kopi dan kudapan" membawa elemen keseharian yang sederhana namun terasa khusyuk, menegaskan betapa manusia mempersiapkan dirinya secara jasmani dan rohani untuk menghadapi malam istimewa ini.

    Klimaks puisi ini terletak pada kedekatan antara manusia dengan Sang Pencipta: "Kau jalan Dia berlari" dan seterusnya, yang menunjukkan bahwa setiap usaha manusia dalam mencari Tuhan akan disambut dengan respons yang penuh kasih dan pengertian dari-Nya.

    Penutup dengan fajar yang merekah adalah simbolisasi dari akhir pencarian, ketika Qodar telah ditetapkan dan segala perjuangan berakhir dengan kepastian takdir yang telah digariskan.

    Puisi ini sangat indah dan dalam, mengajak pembaca untuk merenungkan makna spiritual dan refleksi diri dalam pencarian rahmat Ilahi.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...