Melintasi pintu kamar mandi layaknya masuki kesunyatan
Ditanggalkan semua predikat
Ditinggalkan segenap kesalehan
Sisa keringat lelah masih menetes
Ditanggalkan semua predikat
Ditinggalkan segenap kesalehan
Sisa keringat lelah masih menetes
Di kamar mandi ruang jiwa hadir di tembok berlumut
Kutanggalkan baju dan celana
Kulit kusam sebab mentari di setiap jengkal usia
Dan daging hanya berbalut asam garam dari pahit getirnya hidup
Kutanggalkan baju dan celana
Kulit kusam sebab mentari di setiap jengkal usia
Dan daging hanya berbalut asam garam dari pahit getirnya hidup
Terpampang sisa ketelanjangan yang hakiki
Lalu dimana banyak kata dan dusta terselip
Juga lidah yang mengecap sari dosa dan suka
Semua bersuci dalam laku
hingga senyum dan gumam di refleksi kaca
Juga lidah yang mengecap sari dosa dan suka
Semua bersuci dalam laku
hingga senyum dan gumam di refleksi kaca
Siraman pertama
Kesadaran utama
Kesejukan paripurna
Air mengalir membawa semua luka dan duka,
benci dan cinta,
mimpi dan sadar,
mengalir menuju satu arah. Harapan.
Kesadaran utama
Kesejukan paripurna
Air mengalir membawa semua luka dan duka,
benci dan cinta,
mimpi dan sadar,
mengalir menuju satu arah. Harapan.
Bau sabun mengikis lelah dan noda hati
Dari ujung jari menetes segala kedegilan
Aroma tubuh padati ruang
Dari ujung jari menetes segala kedegilan
Aroma tubuh padati ruang
Ada bahagia ketika air mengalir basahi tubuh
Seperti bau tanah tersiram hujan pertama
Seperti bayi menyusu air kehidupan dari dada subur bunda berperi
Seperti bau tanah tersiram hujan pertama
Seperti bayi menyusu air kehidupan dari dada subur bunda berperi
Diakhir lelaku nyaman menjadi siraman terakhir
Menggerayangi setiap inci pori tubuh
Dipungkasi peluk handuk yang hangat
Di depan cermin kusam. Mematut.
Menggerayangi setiap inci pori tubuh
Dipungkasi peluk handuk yang hangat
Di depan cermin kusam. Mematut.
Puisi "SAJAK KAMAR MANDI" menggambarkan kamar mandi sebagai ruang intim yang transendental, di mana proses membersihkan tubuh menjadi alegori untuk pembersihan jiwa. Setiap elemen yang disajikan—dari air, sabun, hingga cermin kusam—mengandung makna yang lebih dalam daripada sekadar aktivitas fisik. Ada transformasi spiritual yang terjadi ketika beban kehidupan dilepas dan kesadaran diri dipulihkan.
BalasHapusPuisi ini menekankan keterhubungan antara tubuh dan jiwa. “Kutanggalkan baju dan celana” serta "terpampang sisa ketelanjangan yang hakiki" mengisyaratkan keberanian untuk menghadapi diri tanpa topeng atau kepura-puraan, menghapus segala predikat sosial dan citra yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Proses bersuci dalam puisi ini melampaui makna fisik; ia merujuk pada pembersihan batin dari dosa, dusta, serta benci dan cinta yang kompleks.
Simbolisme air sangat kuat dalam puisi ini. Siraman air pertama adalah "kesadaran utama" dan “kesejukan paripurna,” mencerminkan awal mula kebangkitan rohani. Air berfungsi sebagai agen transformasi yang "membawa semua luka dan duka" serta mengalir menuju "Harapan," seakan menunjukkan bahwa kesucian jiwa dapat diraih melalui pelepasan emosi-emosi negatif.
Gambaran tentang sabun yang "mengikis lelah dan noda hati" serta suasana bahagia yang tercipta ketika air mengalir membasahi tubuh menghidupkan indra pembaca, membuat pengalaman mandi ini terasa seperti ritus penyembuhan. Frasa "Seperti bau tanah tersiram hujan pertama" dan "Seperti bayi menyusu air kehidupan" menggambarkan proses penyucian ini sebagai sesuatu yang primordial dan menenangkan, menghubungkan manusia dengan alam dan sumber kehidupan itu sendiri.
Puisi ditutup dengan adegan refleksi di cermin, tempat di mana tokoh bisa “mematut” diri setelah perjalanan pembersihan. Ini bukan sekadar mematut fisik, melainkan juga refleksi batin, sebagai pengingat bahwa setelah semua ritual pembersihan, manusia kembali dihadapkan pada realitas diri yang baru, yang lebih jujur dan murni.
Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menggabungkan elemen-elemen fisik dan spiritual dalam sebuah kesatuan yang harmonis. Penggunaan bahasa yang indah dan deskriptif mengundang pembaca untuk merasakan proses transformasi batin yang dialami oleh si tokoh, membuat kamar mandi bukan hanya ruang fisik tetapi juga tempat pencapaian spiritual.