Kamarku kotak sejarah
Diterangi lampu 10 watt memerah
Teman kadang bertandang ketika senja merekah
Omong kosong campur kopi hingga lapar tumpah
Pawon, ke sanalah kita melangkah
Mengaduk nasi setampah
Mencari bumbu di wadah
Menggoreng dengan meriah
Dini hari, semua terbujur tertidur mendengkur, lelah
Beranda tempat merenung berkah
Ada kursi kayu tua dan rapuh
Angin sepoi menyapa kisah
Siang terik, pepohonan menghalangi, merebah
Ruang tengah, pusat semesta rumahku beredar, bercat putih
Dihiasi seperangkat kursi kulit imitasi bercorak merah
Di atas lemari, disamping foto-foto lusuh
Bertahta televisi hitam putih, barang termewah
Diskusi ringan adalah kudapan menonton termurah
Ada gosip tetangga sebelah
Rasan-rasan tetangga jauh
Pembicaraan seputar sawah
Sapi yang akan di perah
Satu demi satu kami tunduk pada malam, kantuk dan letih
Musim hujan ketika cemara basah
Ketika air meresap hingga titik terendah
Rumah tempat terbaik untuk berteduh
Sambil menggadangi air yang berjatuhan dengan riuh
Udarapun berangsur dingin merengkuh
Sarapan adalah saat yang indah
Kantuk masih mendera parah
Di meja tersedia sego pecel, tempe tahu dan kerupuk sebagai lawuh
Aku makan dengan riuh hingga peluh jatuh
Makan siang adalah saat paling di pilih
Masakan emak, pindang goreng dan tewel di sayur lodeh
Nasi di bakul harum tumbukan tadi subuh
Menggoyang lidah memuaskan lapar dan perih
Abah memerah sapi sebelum pagi merekah
Ketika sapi hendak diperah mereka melenguh
Setelah matahari mengitip, abah berangkat ke sawah
Pulang ketika matahari tepat di kepala, lapar dan badan lemahPulang untuk istirahat dan ibadah
Pulang untuk makan siang dengan nasi lodeh dan gereh
Pulang untuk menanti cuaca agak teduh
Pulang untuk nanti kembali bekerja mengarit di sawahAku rindu rumah
Dengan handai yang berpapasan di pagi cerah
Dengan segala pernik dan suasananya yang bertuah
Dengan semua rutinitasnya yang menjadikan peluh
Dengan seluruh bentuk dan warna yang melimpah ruah
Dengan setiap jengkal bau kotoran bercampur asap dapur yang luruh
Terutama pada Abah dan Emakku yang telah sepuh
Keren. Mas bro...mantap
BalasHapusTerimakasih
HapusPuisi "RUMAH" yang kamu tulis menggambarkan suasana pedesaan yang hangat, penuh kenangan, dan mencerminkan kehidupan sederhana namun kaya makna. Setiap baitnya seperti menghidupkan kembali nuansa rumah yang penuh keakraban, dari dapur hingga ke ladang, dengan sentuhan nostalgia yang kuat. Adakah kenangan tertentu yang menginspirasi puisi ini?
Hapus