(Kolaborasi dengan M. UTSMAN AFFAN)
Kita dan Sang Maut layaknya seteru
Tak pernah bersatu seperti sisi mata uang
Tak pernah bersua hingga takdir mengumpulkannya di satu medan tempur
Celakalah kau maut
yang tersumpal takdir tak terbendung
Tak kan terbuai kami pada rayu gelapmu
Maka sanggupkan tubuhmu akan muslihatku
Bakar lautan itu,
maka akan kau tahu sulitnya padamkan semangatku
Jika kau datang dari depan,
maka ku halang kau dengan barisan pedang semangat juang ku
Ini hidupku, siapa pula yang sudi malu
Jika kau datang dari belakangku,
maka akan ku adu dengan kuatnya perisai laksana dinding besi
Ini perihal diri yang tidak sudi terima kalah olehmu
Jika kau datang ke sisiku,
maka ku pilih tangan kosong ku dan ku hajar kau dari empat sudut hadap yang kau tatap
Tak perlu ragu 'tuk aku lakukan itu
Maka datanglah, sebaik-baiknya kau datang
Tak ada kata sambut untukmu
Tak ada kata tunggu untuk menunggumu
Datanglah di hadapanku maka akan ku lawan kekalahanku sejenak
Selama-lamanya, sekuat-kuatnya, dan seagung-agungnya
Kekalahanku telak
Selasa, 22 Mei 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar