Selasa, 19 Juni 2018

'ID

Menziarahi hari kemenangan
Berjuta rindu berbondong susuri jalan mudik
Bawa mimpi dan keberhasilan yang sedikit tertunda untuk dipamerkan ke sanak
Genapi janji nazar yang terlanjur terucap ketika langkahi tanah leluhur

Anak dikenalkan pada saudara, kasta, tingkat dan kedudukan dalam tata sosial
Istri jadi tranding mode
Pusat informasi bagi kadang
Segala harga yang didapat karena pulang dari perantauan

Baju baru tersimpan di koper
Hadiah kecil tersusun di tas
Gepokan uang receh tersedia di dompet
Semua untuk membeli perhatian dan membayar kedudukan dalam keluarga

Ketika eforia telah berlalu dan sisakan lelah
Harga diri dan kebanggaan telah terbanting sebab sanjung telah reda
Bagasi mobil dipenuhi beras dan pernik
Apapun yang bisa diangkut ke kota untuk menyambung hidup

Teriring doa dan lambaian tangan
Selamat tinggal kampung halaman
Selamat berpisah sanak dan handai taulan
Aku merantau kembali agar tahun depan dapat kembali membual

1 komentar:

  1. Puisi ini mengisahkan perjalanan ritual tahunan saat mudik, menyoroti bagaimana hari kemenangan dirayakan dengan euforia dan kebanggaan, namun juga dipenuhi dengan harapan akan pengakuan sosial. Di tengah suasana mudik, setiap elemen—mulai dari pakaian baru, hadiah, hingga uang—mewakili upaya untuk mendapatkan perhatian dan menegaskan kedudukan dalam keluarga.

    Namun, di balik semua itu, ada kesadaran bahwa kemegahan dan kebanggaan hanya sementara. Setelah euforia mereda, yang tersisa hanyalah lelah, kenyataan bahwa status dan penghargaan cepat berlalu, dan akhirnya, perjalanan kembali ke kota menjadi semacam siklus tanpa akhir. Pengulangan ini mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mencapai sesuatu yang mungkin tidak pernah benar-benar utuh—semacam ironi dari kehidupan perantau.

    Momen perpisahan, dengan lambaian tangan dan doa, seolah menjadi pengantar untuk siklus yang akan berulang lagi di tahun berikutnya, penuh dengan janji-janji dan harapan yang mungkin hanya akan menjadi sekadar bualan. Puisi ini memberikan kritik halus tentang ekspektasi sosial dan betapa sementara pencapaian itu dalam konteks kehidupan modern.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...