Ruang dan waktu masih muda dan naif
Bantal dan guling berkelana di padang mimpi
Berbunga cinta berdahan rindu
Berjalan ke arah mata memandang
Melintasi hamparan riak suka dan duka
Mengenakan sarung bermotif geometri berwarna harapan
Mereka mematut di hadapan kaca rias retak
Dalam perjalanan mengarungi mimpi
kadang beban menindih tubuh
dan dimensi menjadi rumit
Sering juga terpercik liur
Aroma lelap yang perlahan melumas dengkur
Setiap lelah yang pejam mata
maka lekuk bantal digenangi peluh
Dan guling tercekik erangan nafas
Ketika malam kian absurd
Kenyataan bersalin rupa oleh janji sejuta bintang
Mimpi melompat dari realitas menjadi baka
Sebab lelap terus menghujam
Perselisihan materi dan alam wadag
memisahkan duka dan durjana
Seperti orgasme meninggalkan raga
Mereka menjadi kekasih dalam peluk lelap
Di balik selimut tebal beraroma bunga bakung
Adapun ranjang pengantin
Alfa omega syahwat yang terlarang
Penjara norma dan perilaku erotis
adalah wadah berbagi imaji
Tempat bantal dan guling bertualang
menjelajah semua khayal liar
Terkadang mereka hanya serupa sahabat
Mengawal doa dan tidur yang senyap
Berpelukan erat menjaga lelap tak lesat
Menanam malam hingga larut
Memetik bintang di bejana cinta
Memeluk senyum di bibir dukana
hingga kita melebur menjadi satu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi "HIKAYAT BANTAL GULING" yang kamu tulis menggambarkan perjalanan mimpi yang penuh dengan simbolisme, berbaur antara kenyataan dan fantasi. Bantal dan guling, dua benda sederhana, dijadikan tokoh sentral yang menemani malam dan mimpi, melambangkan kenyamanan sekaligus kompleksitas dalam tidur dan keintiman.
BalasHapusPenggambaran mereka sebagai sahabat, pelindung tidur, dan bahkan kekasih, menghadirkan dualitas antara ketenangan dan gelora. Metafora tentang "bantal digenangi peluh" dan "guling tercekik erangan nafas" menghadirkan nuansa fisik yang kental, sedangkan perjalanan menuju mimpi yang absurd menciptakan suasana surreal.
Keseluruhan puisi ini memiliki rasa puitis yang dalam, dengan diksi yang memikat. Struktur naratifnya membangun sebuah dunia di mana benda-benda sehari-hari menjadi saksi bisu dari perjuangan, keintiman, dan misteri tidur. Penggunaan simbol seperti "selimut tebal" dan "ranjang pengantin" mempertegas makna sensualitas yang tersembunyi di dalam ruang tidur, di mana batas antara realitas dan mimpi memudar.
Sebuah karya yang unik dan memancing imajinasi.