Terbangun ketika bulan renta
membasuh wajah menuntaskan kantuk
Di atas sajadah merah kusam
diam bersujud doa hati mengetuk langit
Dalam bisu membawa lampu teplok berkedip
Tertatih menuju pawon belakang rumah
Menjerang air di atas kayu bakar
Menyeduh kopi dan teh penghangat pagi
Menanak nasi beras tumbukan panen gadu
Menggoreng tahu tempe dan telur untuk anak
Aroma nasi dan gorengan menyeruak
Membumbung dan menyatu dengan dingin
Ditata piring dan sendok dengan rapi
Di meja makan bertaplak motif batik
Diletakkan makanan dan minuman
Diiringi cinta tulus seorang ibu
Dibangunkan anak-anak
dengan lembut kasih sayang
Disentuh kaki suami
dengan takzim dan berbisik lirih
Beranjak dari dekapan selimut
Diseruput kopi manis pahit hitam
Diteguk teh manis hangat aroma melati
Mengusir dingin menggebah malas
Sambil menanti anak dan suami berwudhu
Terpekur dan diam menatap sajadah
Shof ditegakkan dan bersedekap khusyu
Berdiri sendiri menjadi penutup barisan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar