Malam padang pasir purba
Bintang berkedip menunjuk arah
Batas langit berkelok di ujung horison bukit tandus
Kafilah kecil unta berjalan beriring
Meninggalkan jejak panjang
Kawanan kambing bergerombol mengikuti di belakang
Bertingkah dan mengembik
Di depan seorang lelaki pahatan pualam
Memimpin langkah perlahan
Bertumpu pada tongkatnya kayu
Di belakangnya wanita dan anak-anak
Berjalan dalam bisu dan sepi yang terasing
Suara langkah beradu pasir padang tak bertuan
Berirama sesuai pijak kaki
Lapar dan lelah terlukis nyata
Di garis wajah murung terkuras tenaga
Angin dan pasir mengepung kering
Sejauh mata memandang
Membentang hamparan luas kekosongan
dan senyap yang mencekam
Meninggalkan perih mata dan pecah bibir
Serta luka mengiris telapak nestapa
Lelaki pahatan pualam mengangkat tangan
Rombongan berhenti di tengah hamparan pasir halus
Sambil memegang tongkat
Disapukan pandang pada orang-orang
yang bergantung dan berharap hidup padanya
"Akan ku datangi medan di depan
Tampak ada sinar berkedip
menyimpan kabar dan hangat
Istirahatlah semua disini
Ku selidiki unggun menyala
Semoga mendapat api
Dan tempat berlindung dari kelam malam
Setidaknya mendapati kabar negeri yang di lewati"
Perlahan ia melangkahkan kaki
Berbekal tongkat gembala
Penjaga dari liar binatang malam
Setiba di kaki bukit terlihat sebatang pohon
Kering meranggas dan besar terselubung api
Berkobar tanpa membakar cabang ranting
Lidah api melambai berwarna suci
Menebar terang indah sekitar
Penuh nuansa magis yang surgawi
Tiba-tiba langit terbelah menganga
Tampak 'Arsy berkilau wibawa
Terdengar suara murni indah syahdu buluh perindu
Dari arah kanan bukit
Suara yang tak pernah terlintas dalam fana
Iapun kaget dan terjerambab di pasir
Matanya nyalang mengikuti debar
Menatap kobar api rahasia langit
Kakinya getar dan hatinya ciut karena takut
"Hai lelaki wajah purnama
Lepaskan alas kakimu
Sujudlah dengan meletakkan kepala
Juga hatimu
Dan dengarlah firmanKu:
Akulah Tuhanmu
Rabb Penguasa langit dan bumi
Raja Diraja dari raja-raja.
Aku Allah"
"Kau menghadap sembah padaKu
Di bukit suci yang terberkati
Kau Ku tahbiskan sebagai nabi dan utusanKu"
"Utusan dan nabi bagi kaummu
Anak turun duabelas suku
Ajarkanlah tauhid, shalat dan shaum
Hukum Ilahi dan waris"
"Utusan untuk memberi peringatan mengerikan
Bagi kedegilan maharaja angkara yang melampaui batas
Menjadi tuhan bangsanya dan menzinahi adiknya"
"Ku beri bekalmu dua mukjizat
Tanda kau khalifahKu di dunia
Tongkat menjadi ular dan
telapak bersinar cerlang cemerlang"
Dengan takut lelaki berwajah purnama tengadah
Memandang api suci putih silau mata
Diangkat kedua tangannya tinggi
Hingga terlihat ketiak di balik lengan baju
Dengan prihatin perlahan memohon
"Ya Allah Ya Rabb
Yang Maha Membolakbalikkan Hati
Yang Kuasa Atas Segala Sesuatu
Hamba mohon
Lapangkanlah dadaku
Mudahkanlah semua urusanku
Lancarkanlah lisanku"
"Karena kelat bicara
Hamba mohon seorang pembantu dan nabi
Fasih hujahnya
Cerdas akalnya
Juru pikir dan ahli strategi.
Saudaraku satu liang rahim
Untuk melawan kelaliman raja durhaka dan bala tentaranya
Menjadi rekan dalam membimbing bangsa
Menyusun langkah merebut kemerdekaan
Mendampingi bangsa tertindas ini mencapai tanah perjanjian"
Segenap penduduk langit tujuh tingkat berkumpul dalam ria
Menyambut utusan pembawa kabar sukacita dan dukacita
Semua bertasbih dalam khusyu
Memuji dan mengagungkan Sang Maha Satu
Menjadi saksi pertarungan Ahura Mazda dan Ahriman
Terang dan gelap
Yin dan Yang
Di bumi manusia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Selamat pagi jelang siang sahabatku Tito Semiawan
BalasHapusSegala peristiwa yang kita hadapi, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan adalah;
Terhadap peristiwa yang kita hadapi dizaman sekarang, menimbulkan rasa yang diresapkan.
Terhadap peristiwa yang sudah lewat dan berlalu, dinamakan "kenangan".
Terhadap peristiwa yang bakal terjadi, dinamakan "menunggu ancaman".