(Sepotong wajah selintas resah
Sekerat kisah sepintas desah)
Sejarah dibentuk oleh genangan darah
Menyimpan sakit pada seulas merah
Lukanya menjadi gurat nestapa
Tangisnya suara putus asa
Setiap kerut wajah durjana
Tersenyum keji pada rahasia
Tatap tetap mencari tumbal raga
Sebagai hias sebatas bayang amarah
(Seraut wajah serabut duka
Sewarna tanah sekilas muka)
Waktu menulis takdir dengan seksama
Mantra kutuk ucap serapah
Mulut terkatup baris pagar kata
Pikiran diam sembunyi dalam gundah
Mata menjadi pintu angkara
Sinarnya menyapu tiap terbit tanya
Jiwa yang terpendam kelam maya
Tercetak jelas di raut menua
(Sesimpul wajah segenap usia
Setajam bilah seulas jumawa)
Selasa, 06 November 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar