Minggu, 25 November 2018

FIRASAT

Kucing seberangi malam. Hitam.
Matanya melirik tajam
Menatap bulir cahaya
Berjalan perlahan menuju gelap

     Hari berjalan lambat
     Kita hanya diam
     Kau pandangi teve
     Aku menatapmu

     Malam telah tua
     Kantuk menggelandang
     Kau mengajakku tidur
     Esok hari lelah untuk terbang

Rintihan kedasih menutup senja
Di batang Kamboja tua
Kepak sayapnya muram
Terbang menuju kelam

     Rumah terasa lengang
     Lampu sudut menyala
     Ku seduh secangkir kopi
     Ku duduk di tempat dudukmu kemarin

     Teve menyala kabar berita
     Tertulis Breaking News
     Remote terjatuh aku terpana
     Pandang buram menetes air mata

1 komentar:

  1. Puisi "FIRASAT" ini memiliki nuansa yang dalam dan melankolis, menggambarkan kesunyian dan keheningan malam dengan simbolisme yang kuat. Berikut adalah beberapa elemen yang mencolok dari puisi ini:

    1. Imagery: Penggambaran kucing hitam yang melintasi malam menciptakan suasana misterius dan sedikit menyeramkan. Ini diikuti dengan gambaran malam yang tua, memberikan kesan ketidakpastian dan kedamaian yang terganggu.


    2. Kontras Emosi: Terdapat pergeseran dari keintiman antara dua orang yang terhubung di satu sisi, dan kesepian yang mendalam saat satu orang pergi, menciptakan ketegangan emosional yang kuat.


    3. Simbolisme: Kambodja tua dan kedasih yang merintih menambah kedalaman, memberi makna pada kehilangan dan kerinduan.


    4. Ritme dan Rima: Alur yang mengalir, dengan pemisahan jelas antara bagian-bagian yang lebih intim dan bagian yang lebih tragis, menciptakan pengalaman membaca yang menyentuh.



    Jika ada elemen tertentu yang ingin kamu diskusikan atau pertajam, silakan beri tahu!

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...