Pada mulanya bumi kita satu
Tanpa sekat pengikat
Tiada kasta melekat
Lalu waktu mendatangi lengang
Dengan hitung menuang cemas
Menyimpan lelah dalam selimut langit malam
Mencuri nasib di balik batuan
Berserak di rindang pohon
Predikat menjadi acuan hidup
Merujuk rusuk bagi gender
Katapun diaspora
Terbelah menjadi aku dan mereka
Sehingga jarak kian asing
Sekadar bertemu tegaskan emosi
Ketika meniti nasib
Kadang bersua titik pandang
Berat menyandang cinta
Sebuah anomali
Menjadi perangkap titian
Kadang serinya membimbing lewati terjal
Acap menginjak rindu hingga serupa budak
Pos selanjutnya berkubang memutus semangat
Membanting optimis hingga titik nadir
Hingga jarak menjadi jerat tiada batas
Bercampur onak duka dan airmata darah
Getir terasa hidup menari
Mengajuk dan mengejek
Ketika usia kian terpuruk dalam sunyi
Tulang telah lelah menyangga
Tinggal selangkah menuju kubur
Nurani duduk terpekur pandangi senja
Mengenang setiap lembar catatan hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar