Sabtu, 20 Juli 2019

SEKALI AYAH

Pria itu bermata senja
Dengan garis sisa pelangi diujungnya
Tubuhnya yang dimakan tahun sedikit menggerutu
Mulutnya hampir tak pernah menganga
Hanya rokok kretek membuka katup penutup

Pria itu hilang senyap di mimpi pagi sekolah desa
Dan datang dalam lamunan teja matahari
Tubuhnya yang berwarna baju drill dihempas ke kursi
Tangan menjamah kopi jagung
Bibir mengulum asap saus cengkeh

Sepanjang siang hilang semua bayang
Mengais nasib jauh dari teduh atap rumah
Baunya pun tidak menghampiri sebab angin
Hanya puntung di asbak sebagai jejak
Dan semut yang mengerubung titik hitam di meja

Bunda yang wajahnya melewati usia
Susunya kempes coba sembunyi di balik kutang
Menyuapi nasi aking sambal korek
Dan sedikit tempe bakar
Ke mulut rakus keingintahuanku

Malam membungkus bumi dengan derik jangkrik
Aku meringkuk di bawah dipan berselimut sarung lebaran
Bunda menisik baju ayah dengan doa rejeki untuk esok
Ayah tercenung di kursi reyot, merokok dalam diam
Melukis wajahnya lewat lelah dan renta

1 komentar:

  1. Puisi ini menghadirkan potret mendalam tentang kehidupan seorang ayah yang digambarkan melalui sudut pandang anak, penuh keheningan dan ketekunan dalam menjalani rutinitas. Dalam setiap bait, tercipta suasana yang sarat emosi, menggabungkan kesederhanaan hidup pedesaan dengan kegetiran yang tak terucapkan. Sosok ayah tampil sebagai simbol ketangguhan yang diam, sementara bunda menjadi figur pengayom yang lembut namun tegar.

    Gambaran ayah yang "bermata senja" dan "dengan garis sisa pelangi" memberikan sentuhan visual yang mengisyaratkan kelelahan, tetapi tetap ada harapan atau sisa semangat di ujung usia. Ada juga kontras antara ayah yang sibuk mencari nafkah dan ibu yang merawat anak dengan kasih sayang, bahkan dalam keterbatasan. Puisi ini menyampaikan suasana kehidupan yang keras namun penuh cinta, terbalut dalam kesederhanaan keluarga di pedesaan.

    Bagaimana perasaanmu saat menulis puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...