Rabu, 25 September 2019

SATU BABAK

Diambilnya kaca kecil dari meja rias dan didekatkan pada wajahnya.
Bola matanya merah kuning sebab lelah dan kurang tidur.
Ada kerut di sekitar mata dan dahi. Bibir tebal. Dagunya lebar.

Kaca diletakkan, lalu diambilnya sedikit kapas serta cairan pembersih. Dituangkan sedikit cairan itu ke kapas.
Dan dioleskan ke sekujur wajah, dada dan bahu.

Kemudian wajah dan leher diberi bedak hingga wajahnya pucat. Kontras dengan kulitnya yang gelap.

Setelah rata diambilnya pensil alis. Lalu digambarnya alis dengan hati-hati sehingga melengkung. Dan dengan ujung jari diratakan.

Diambilnya bulu mata palsu dari kotak hias. Ujungnya diberi lem, lalu ditempelkan mepet bulu mata asli. Setelah menempel rapi, diambilnya gunting alis untuk melentikkan bulu mata.

Kelopak mata diberi bayangan warna norak. Dan ujung mata ditambah garis hitam. Mirip patung Fir'aun.

Selesai mata, diambilnya kuas dari kotak rias. Dioleskannya warna kemerahan disekitar pipi agar terkesan ranum. Dan warna gelap untuk menyamarkan rahang agar terlihat tirus.

Selanjutnya diambilnya pewarna bibir berwarna merah cerah. Dioleskan pada bibirnya yang tebal.

Terakhir ditaburkan bedak ke seluruh wajah, leher dan dada. Dan dilanjutkan dengan memasang konde di rambutnya yang hitam karena pewarna rambut.

Dari lemari kecil, diambilnya kain batik, stagen dan penutup dada.
Dipakainya perlahan sambil mematut di cermin.
Dan selendang tidak lupa disampirkan di bahu.

Tiba-tiba kain penutup pintu tersibak. Sepotong wajah terlihat dan berkata dengan sedikit keras,
"No, Sugiono, iki wektune Sembodro metu. siap-siap'o. Engko nek gong'e muni metu yo! ".

Sugiono berjalan perlahan. Berjalan dengan gemulai menuju pintu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...