Seperti yang sudah
Perang tinggalkan potret hitam putih
Tercerabut dari akarnya
Terasing dari kemanusiaan
Tanah leluhur lebur jadi kubur
Tak berwajah seperti bayang memudar
Sendi adat cerai berai diterjang lapar hingga dahaga
Setiap sobekan luka adalah catatan sejarah
Anak menggerayang mencari pentil ibunya
Istri berlindung di bawah bayang ketiak kurus suami
Ayah gemetar berdoa menadahkan cemas
Adik menatap lewat bola mata bening di sisi kakak
Lelaki dan perempuan bersatu dalam bau keringat yang sama
Pesawat terbang meraung menembaki nasib jelata
Mencacah daging hingga terlepas dari tulangnya
Dan jeritan meraung adalah koor pengiring dentuman
Di palagan jagal saling membantai atas nama Tuhannya
Menggantung takutnya di ujung bayonet
Dengan topi baja berlumpur dan mata terpejam
Dikokangnya pelatuk yang gemetar sebab dosa
Dibidikkan pada tangis di balik rimbun semak dan timbunan mayat
Berlarian di padang perburuan ke segala penjuru
Seperti gabah ditampi di tampah
Jelata hanya dengan berbekal nyawa selembar
Berlindung berkamuflase takut yang mencengkeram
Berjudi dengan desingan peluru buta
Mengejar semangat melalui padang ranjau
Dan berakhir di tangan sang maut
Jumat, 13 Desember 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ANAK
Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Saat itu malam hanya butuh istirahat Tiba-tiba hujan mengerubunginya Suaranya liar dan menggelegar Seperti langit akan runtuh Pohon ketakuta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar