I. Asah
Sepasang kaki kecil berlari di pematang
Tertatih menjaga keseimbangan mengejar bayangan
Dan terperosok di lumpur sawah
Wajahnya merah mentari
Keringatnya menetes di pipi
Tiada tangis di matanya hanya binar riang
Tangan meraih rumput lalu menarik tubuh
Setelah berdiri jejak di atas dengan tegap
Kaki kecil kembali berlari mencoba menangkap capung
II. Asih
Kakak mencari cacing di bawah pohon pisang kepok
Tanah gembur di congkel dengan ranting
Dari gumpalan tanah humus ditariknya cacing gemuk merah
Lalu diletakkan di atas daun pisang
Di pinggir kali kecil di belakang rumah
Di bawah terik matahari siang
Kakak memegang pancing buatan sendiri
Dan air mengalir tenang berwarna coklat
Tiba-tiba tali pancing tegang tertarik
Kakak mengangkat pancing nya
Di ujung kail seekor ikan mujair meronta
Aku bertepuk tangan gembira
Ikan ditaruh di ember kecil bekas lego
Menggelepar mencoba membebaskan diri
Takut-takut jari kusentuhkan ke badan dan sisiknya
Rasanya empuk dan kasar sedikit anyir
Kakak memegang pancing dan ember di tangan kiri
Tangan kanan menggandeng aku
Kami berjalan bersama dengan riang
Meninggalkan sore menuju rumah
III. Asuh
Mata bening itu layu dengan sedikit garis merah
Pandangnya antara ada dan tiada
Ibu menggendongnya dan membaringkannya dalam kehangatan
Dinyanyikannya semua lagu tidur
Kupu-kupu yang terbang di antara bunga
Nina bobo untuk buah hati tercinta
Nyamuk yang sembunyi menanti ketika
Didongengkannya segenap kisah mimpi
Putri yang cantik dan pandai bernyanyi
Pangeran gagah menyoren pedang
Kuda dan makhluk ajaib
Terbang, merayap dan berenang
Mata bening itu menatap lurus
Pada bibir ibu terkasih yang bisikkan cinta
Hingga akhirnya mata padam
Masuk dalam dunia mimpi
Yang menghampar seluas kasur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup melalui tiga fase yang penuh makna: Asah, Asih, dan Asuh. Masing-masing bagian membawa nuansa emosi yang berbeda, tetapi tetap terjalin dalam benang kehidupan yang sederhana dan indah.
BalasHapusI. Asah menunjukkan keceriaan masa kanak-kanak, di mana kegembiraan sederhana seperti berlari di pematang dan mengejar capung menjadi lambang kegigihan dan eksplorasi. Perjuangan untuk bangkit dari lumpur mencerminkan semangat pantang menyerah, meski dalam bentuk yang sederhana.
II. Asih menyoroti hubungan antar saudara, dengan kakak yang mengajarkan adiknya hal-hal kecil tentang alam dan kehidupan. Adegan memancing ikan di kali kecil memberikan rasa kebersamaan yang kuat, di mana kedua saudara berbagi momen keajaiban dunia kecil di sekitar mereka, ditandai dengan kegembiraan sederhana seperti merasakan sisik ikan.
III. Asuh membawa perasaan kehangatan dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya yang tertidur. Ada keindahan yang hening dalam adegan ini, dengan ibu yang menyanyikan lagu tidur dan menceritakan dongeng, menenangkan anaknya menuju dunia mimpi. Bagian ini menggambarkan peran seorang ibu yang penuh cinta, mendampingi anaknya hingga tertidur lelap.
Secara keseluruhan, puisi ini memberikan pandangan tentang pertumbuhan, mulai dari kebebasan masa kanak-kanak hingga kehangatan kasih sayang dalam keluarga, ditutup dengan sentuhan lembut seorang ibu.