Sebagaimana bernaungnya segala kesakralan
Dimana langit dijunjung
Jiwa disucikan dalam kawah pegetahuan
Dimurnikan oleh asuhan dan pengawasan
Usia diabdikan pada keingintahuan
Menyerap kebijakan dan kebajikan
Ketika cantrik kembali membumi
Langkah pertamanya adalah ragu
Memilih kiri atau kanan
Sebab tidak diajarkan mengambil keputusan
Sewaktu seluruh tubuh dan hatinya telah dipenuhi luka
Disadarinya sekolah terbaik adalah hidup itu sendiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EMBUN
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
-
Malam itu hanya ada gerimis Tak ada teman yang lain Bayi suci menangis di gendongan. Lapar Sedangkan tete ibunya kempes Malam itu kudus Kar...
-
Lusi di langit dengan hati (dalam) perjalanan ke pusat hati (dan) mengetuk pintu hati (ucapkan) selamat datang ke hatiku Seseorang di dalam ...
-
Keriput bukanlah usia Hanya lelah keringat Dan mata yang kelabu abu Tiada pinta hanya nanar Sebenarnya wajah masih diselubungi mimpi L...
Puisi ini menggambarkan perjalanan seorang individu yang menjalani pendidikan formal, yang awalnya dianggap sebagai tempat sakral di mana pengetahuan dan kebajikan diperoleh. Namun, dalam prosesnya, terungkap bahwa pendidikan yang didapatkan mungkin tidak mempersiapkan siswa sepenuhnya untuk realitas hidup, terutama dalam hal mengambil keputusan dan menghadapi tantangan.
BalasHapusMetafora seperti "cantrik" (murid) dan "langit dijunjung" memperkuat kesan tradisional dan penghormatan terhadap pendidikan, sementara akhir puisinya menegaskan bahwa kehidupan nyata adalah guru terbaik. Bagaimana menurutmu mengenai pesan puisi ini?