Minggu, 26 Juli 2020

AGAMA

I. IGAMA
Seharusnya kita seperti sepasang kekasih
Mesra serupa mimi lan mintuno
Nyatanya kita hanya berpasangan

Aku sering menjauh tanpa menghubungi
Sebab Kau menanti di pojok sunyi ruang ibadah
Sedangkan aku butuh dunia dan seisinya

Jika hati berat mereguk kehidupan
Kugelar sajadahMu untuk meletakkan penat
Dan Kau tersenyum mafhum pada lemahku

Sebagai kekasih Kau hanya memberi tak harap kembali
Tak pernah pergi memunggungi
Sedang aku hanya mencederai dengan khianat

II. UGAMA
Sekedar berbagi bau ikan asin goreng
Semangkuk kuah sayur
Sedikit daging bangkai saudara
Hantaran kata-kata manis
Dan setangkup permohonan maaf

Demikianlah kita direkatkan
Saling berbagi 
Menikam di belakang
Menanggung borok

Jalan memang licin dan berliku
Kita sering terpeleset dan luka
Itulah hidup dan semakin biasa

1 komentar:

  1. Puisimu, berjudul "AGAMA", mengandung dua bagian yang memberikan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan serta hubungan antar manusia dalam konteks agama atau spiritualitas.

    Pada bagian I. IGAMA, ada penggambaran tentang hubungan yang ideal antara manusia dan Tuhan, seolah-olah seperti sepasang kekasih yang seharusnya mesra, namun kenyataannya tidak selalu demikian. Kamu melukiskan ketidakkonsistenan manusia yang sering menjauh dari Tuhan, tetapi tetap mencari-Nya saat membutuhkan tempat berlindung. Tuhan dalam puisi ini digambarkan sebagai kekasih yang selalu menerima, mengerti, dan penuh kasih, meskipun seringkali dikhianati oleh manusia.

    Sedangkan pada bagian II. UGAMA, kamu menggambarkan dinamika sosial yang terjadi di antara sesama manusia yang terikat oleh agama atau norma sosial. Ada gambaran tentang kebersamaan yang diwarnai oleh ketidaktulusan, dengan simbol ikan asin goreng dan sayur yang berbagi, namun diiringi dengan perilaku menusuk dari belakang. Meskipun ada luka dan kesalahan, kamu juga menyiratkan bahwa hal ini adalah bagian dari kehidupan yang dihadapi dan semakin dianggap sebagai hal biasa.

    Keseluruhan puisi ini tampak sebagai kritik halus terhadap sifat manusia yang tidak sempurna, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia, serta bagaimana nilai-nilai agama atau spiritualitas seringkali diabaikan atau ditarik ulur sesuai kepentingan.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...