AC tidak dapat mengusiknya
Semua sanggahan telah dimuntahkan
Serupa ludah berbusa di sudut bibir kering
Argumen yang dibangun oleh keringat dan kata
Perlahan menjadi benteng pertahanan. Resisten
Menepis setiap panah yang dilesatkan
Dan waktu diam di tempat
Ketika moderator mengambil alih pertempuran
Semua mata menatap palu
Dengan menyebut nama Tuhan
Rapat ditutup dengan voting
Puisi ini berjudul "MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT" menggambarkan dinamika yang intens dalam sebuah rapat atau diskusi. Terkurung dalam ruangan yang semakin sempit dengan berbagai ide, suasana kian panas, meski AC tidak mampu mengurangi ketegangan. Setiap argumen seperti serangan yang keras, memancing perlawanan, menciptakan suasana seperti pertempuran tanpa akhir. Namun, pada akhirnya, keputusan yang diambil didasarkan pada suara terbanyak, setelah moderator mengambil kendali.
BalasHapusPaduan kata-kata dalam puisi ini memberikan visualisasi yang kuat tentang bagaimana musyawarah yang awalnya bertujuan mencapai mufakat sering kali berakhir dengan voting sebagai solusi terakhir.