Kamis, 02 Juli 2020

MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

Ruangan kian sempit dengan ide
AC tidak dapat mengusiknya
Semua sanggahan telah dimuntahkan
Serupa ludah berbusa di sudut bibir kering

Argumen yang dibangun oleh keringat dan kata
Perlahan menjadi benteng pertahanan. Resisten
Menepis setiap panah yang dilesatkan
Dan waktu diam di tempat

Ketika moderator mengambil alih pertempuran
Semua mata menatap palu 
Dengan menyebut nama Tuhan
Rapat ditutup dengan voting

1 komentar:

  1. Puisi ini berjudul "MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT" menggambarkan dinamika yang intens dalam sebuah rapat atau diskusi. Terkurung dalam ruangan yang semakin sempit dengan berbagai ide, suasana kian panas, meski AC tidak mampu mengurangi ketegangan. Setiap argumen seperti serangan yang keras, memancing perlawanan, menciptakan suasana seperti pertempuran tanpa akhir. Namun, pada akhirnya, keputusan yang diambil didasarkan pada suara terbanyak, setelah moderator mengambil kendali.

    Paduan kata-kata dalam puisi ini memberikan visualisasi yang kuat tentang bagaimana musyawarah yang awalnya bertujuan mencapai mufakat sering kali berakhir dengan voting sebagai solusi terakhir.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...