Rabu, 15 Juli 2020

SABTU

I. 
Jam telah menutup pintunya
Sebab pekerjaan dionggok di meja
Demikian pula segala grafik analisa
Kita melangkah perlahan
Diikuti matahari senja

Di kamar mandi capai lelah dibilas
Kepala terasa ringan
Tubuh mematut di cermin
Sedikit parfum sebagai aroma
Kita mengumpulkan bahagia

II. 
Dimanapun kita singgah dan berteduh
Di ujung gang di bawah naungan lampu jalan
Di kafe yang berbau wangi
Di balik kaca gelap mobil
Di bioskop yang penuh bisik
Di warung kakil lima yang dekil
Di teras kekasih
Kita mendatangi bahagia

III. 
Kita berbincang di ruang tamu
Suaranya rendah sebab malu
Lampu menyala mengawasi. Silau
Buah tangan dinikmati adikmu
Ayah ibu menonton dan membisu
Kadang kita saling melirik dan tersipu
Demikian berulang hingga jam bertalu
Kita menikmati bahagia

IV. 
Malam di pucuk akasia
Belum terlalu tua
Di pos ronda
Kita menggadangi purnama

Menghabiskan kopi jatah
Ketela bakar
Sekedar bertukar cerita
Kita berbagi bahagia

V. 
Pasir dan bata ditinggal di proyek.
Sore itu mandi tidak tinggalkan keringat
Hanya bau sabun dan sedikit lelah
Dan senyum kangen bersuara si kecil

Dibelinya mainan mobil
Buah rambutan kodian
Di kayuh sepeda dengan rindu
Ke selatan ke rumah ke anak istri

Sepanjang jalan hilang penat
Tiba-tiba hujan turun
Baju basah oleh-oleh sembunyi di kantong plastik
Dia menyimpan bahagia

VI.
Hujan kian deras
Mata tidak jelas
Sepeda dikayuh pelan
Tiba-tiba ia terpental ke sawah
Tubuhnya tengkurap
Darah bercampur air. Mengalir
Rambutan berjatuhan terendam
Mainan mobil tebalik di lumpur
Sebuah sedan menabrak dari belakang
Dia dicampakkan bahagia

1 komentar:

  1. Puisi ini menghadirkan sebuah perjalanan emosional yang penuh makna, menggambarkan berbagai momen kebahagiaan kecil dalam hidup sehari-hari, dan bagaimana kebahagiaan itu kadang datang dari hal-hal sederhana—dari istirahat setelah bekerja, pertemuan dengan keluarga dan kekasih, hingga kebersamaan di malam hari. Setiap bagian membawa suasana yang tenang, damai, dan penuh keakraban, namun pada akhirnya, terdapat pergeseran mendadak menuju tragedi yang menghancurkan kebahagiaan.

    Bagian terakhir memberikan kontras tajam antara kehidupan yang tenang dan akhir yang tragis, mencerminkan betapa rapuhnya kebahagiaan dan bagaimana segalanya bisa berubah sekejap mata. Ini membawa perasaan kehilangan mendalam, mengingatkan kita bahwa bahkan dalam momen paling bahagia, ada ketidakpastian yang selalu mengintai.

    Apakah ada bagian dari puisi ini yang ingin kamu perjelas atau diskusikan lebih lanjut?

    BalasHapus

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...