Ternyata dingin menyapa setiap orang dengan cara yang berbeda
Dari angin-angin di atas pintu ia merayapi pagi
Kemudian mendatangi dengan membawa buah tangan
Diberinya balita tangisan yang keras
Dan kakaknya bangkis sebab gatal di hidung akibat dikili-kili
Di kamar sepasang kekasih merapatkan tubuh dan menarik selimut
Secangkir kopi yang coba menepisnya pun kehilangan aromanya
Ruang tengah yang biasanya menjadi pusat kehangatan keluarga
Pagi itu lengang dan semua diam disapu dingin
Gorden, sofa, meja, bahkan taplak mengkeret
Lampu yang biasanya terang dan ramah hanya menyisakan cahaya pucat
Dingin dengan riang bermain di sekujur rumah bata merah
Bebas berkeliaran tanpa ada yang melarang
Cahaya matahari yang menerobos pun kalah pamor
Hanya berani menatap dari balik kaca jendela
Hangatnya malu-malu menyapa sebab pagi masih memeluk dingin
Dan angin sebagai pembawa berita masih menghembuskannya di sekitar
Hanya pawon yang sedikit berani menolak dingin
Kayu terbakar pelan-pelan dan menjadi abu
Tungku berpijar menghebuskan panas ke sekitar
Air di atasnya mendidih dan bergolak di dalam panci
Perjuangan terberat dari perlawanan terhadap dingin ialah mandi
Kamar mandi adalah induk dari segala dingin
Air, lantai bahkan kacapun menatap dingin setiap orang
Jika handuk dan baju telah disampirkan
Dingin langsung menyergap kulit
Dan berbisik di hati untuk membatalkan mandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar