Jejaknya masih segar dalam peta ingatan
Dalam jalinan lagu-lagu kita
Dalam lantunan doa di langit-langit rumah
Dalam percakapan malam yang berangin
Dalam harap dan mimpi ketika sulurnya saling libat
Tertulis di daun jatuh
Bertengger di ranting kemarau
Terbang mengikuti debu
Menjadi tetes peluh
Hari yang kering dan panjang
Sarang burung gereja di para-para
Layangan putus di tengah halaman
Sore yang bersua maghrib lewat teja temaram ketika renggelam
Kadang ada sedikit cemas terbetik
Seperti nila setitik
Seperti kedip mata
Seperti sisi gelap bulan
Seperti suara asing berbisik lirih di otak
Seperti nafas
Namun lima bulan ke depan tetap milik Yang Esa dan Kuasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar