Membakar tulang dada hingga semburat semangat
Ini jihad, rebut surgamu dengan mati konyol
Di jurusan lain pemangku kitab kuning menerbitkan fatwa
Juallah jiwamu untuk sebuah kata baru. Merdeka!
Tukarlah kuponnya dengan secarik surga
Dari segala penjuru pemuda mengerubungi palagan
Tekadnya bulat, senjata dijinjing sebagai bela tanah air beta
Bambu runcing, kelewang, golok, jimat, rajah, wiridan, mantera, ilmu kebal dan nekad
Ketika peluru mendesing liar merobek darah dan daging
Kita balas dengan teriakan Allahuakbar
Sebab surga tercium bercampur bau mesiu
Puisi ini sangat kuat menggambarkan semangat juang para pemuda di masa perjuangan, penuh dengan elemen keberanian dan keikhlasan untuk mengorbankan diri demi kemerdekaan. Metafora yang digunakan, seperti "radio pidato berapi-api" dan "bambu runcing, kelewang, golok" memperkuat gambaran perjuangan fisik dan spiritual yang dialami para pejuang. Ada juga kritik halus terhadap ide-ide jihad yang dipahami secara kaku, serta tegangan antara harapan akan surga dan kenyataan brutal di medan perang. Semangat kolektif dan keyakinan spiritual ditonjolkan dengan kalimat-kalimat seperti “Allah Akbar” dan bau mesiu yang tercium bersama harapan akan surga, menyampaikan kegetiran sekaligus keteguhan hati.
BalasHapus