Masih ingatkah engkau akan sawah
Ketika gagal panen dan wereng mengusir kita ke lorong kumuh kota
Lampu di gang sempit, pojok untuk tawar menawar, memperjualbelikan dosa
Masih ingatkan engkau akan sawah
Dimana tani utun menanam batuan dan menindasnya dengan semen hingga tumbuh menjadi bangunan bertingkat
Masih ingatkah engkau akan sawah
Kupu-kupu jua keluar malam menawarkan pupur murahan dan hisapan satu dua kretek ketengan sebagai pengganti gagal panen
Masih ingatkah engkau akan sawah
Taman-taman kemarau yang semaknya kering, tempat melepas syahwat setelah menikmati semangkuk bakso
Masih ingatkah engkau akan sawah
Galengannya mengirim air ke sudut-sudut kota sehingga menenggelamkannya menjadi kubangan sampah
Masih ingatkah engkau akan sawah
Bu tani menjajakan malam dengan secangkir kopi dan piring-piring penuh berisi jajanan dingin di atas meja purnama
Masih ingatkah engkau akan sawah
Panen terakhir dengan ani-ani di tangan dan matahari menyengat panasnya sehingga keringat membasahi
Masih ingatkah engkau akan sawah
Tempat angon mimpi-mimpi kita setelah ngarit rumput untuk mengisi bumbung
tabungan di sentong
Masih ingatkah engkau akan sawah
Dengan membaca langit dan bintang kita mulai menyemai harapan dan menjaganya penuh sabar penuh waktu
Masih ingatkah engkau akan sawah
Tembok tinggi yang memisahkan kita dari tanah leluhur yang telah kita tukar dengan sembako dan sedikit receh
Masih ingatkah engkau akan sawah
Tanah dimana kita masih punya ikatan dengan moyang dengan ibu bumi dengan adat dengan budaya dengan tetangga
Masih ingatkah engkau akan sawah, sahabat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar