Sabtu, 19 Desember 2020

MENGAPA CINTA

Mengapa harus obsesi Rahwana pada Sita? 

Bapa dan si Mbok baru bertemu ketika lamaran
Mereka hanya menunduk
Tak ada anggukan apalagi kata

Setelah menikah birahi mereka adalah kamar pengantin
Lampunya teplok sehingga bayangan menari
Tak ada dengus bahkan keluh. Pasrah. 

Cinta bagi mereka sebagai laku
Tangan bekerja menanam
Kaki melangkah ke pasar

Setelah tahun digenapi
Buah cinta mereka menjadi pedhet
Dan rumah kecil semi permanen

Ketika aku lahir 
Di kasur berbau minyak telon
Senyum Bapa dan tetek subur si Mbok melingkupi

-----

Mengapa harus kisah tragis Pranacitra dengan Roro Mendut? 

Bapa dan si Mbok bangun nyaris bersamaan
Sebab hidup dimulai sebelum matahari terbit
Dipungkasi setelah matahari terbenam

Sepagian Bapa di sawah 
Memacul rejeki
Keringat menetes menyuburkan

Ketika bayang sepenggalah
Mereka memperbaharui janji cinta
Di pawon beraroma minyak goreng dan kayu bakar

Nasi hangat, sambal bawang dan tahu panas
Menggenapi kasih sayang diantaranya
Mencukupi bagi mereka

-----

Mengapa kasih tak sampai Bandung Bondowoso pada Jonggrang? 

Bapa dan si Mbok tak pernah menagih cinta
Hanya bakti dan kerja
Dan keringat di ranjang besi hadiah perkawinan

Malam ruang tengah
Bapa menghisap klobot
Menghirup kopi jagung tumbukan si Mbok

Si Mbok melipat baju di amben bambu
Aku tidur disamping kutang
Tak ada suara hanya lengang

Di luar angin dingin
Bapa dan si Mbok mendatangi peraduan
Membaringkan lelah yang hangat

1 komentar:

  1. Puisi "MENGAPA CINTA" yang Anda tulis mengungkapkan refleksi mendalam tentang cinta dalam konteks kehidupan sehari-hari, menggambarkan perjalanan cinta dari berbagai kisah, dan mengaitkannya dengan pengalaman sederhana namun bermakna.

    1. Tema Cinta yang Berbeda: Anda membandingkan cinta dalam berbagai kisah — dari obsesi Rahwana pada Sita, kisah tragis Pranacitra dan Roro Mendut, hingga hubungan Bandung Bondowoso dan Jonggrang. Ini menciptakan kerangka kerja yang menunjukkan berbagai bentuk cinta, baik yang idealis maupun realistis.


    2. Representasi Kehidupan Sehari-hari: Dengan mendeskripsikan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja di sawah, menyiapkan makanan, dan berbagi momen-momen kecil, Anda menekankan bahwa cinta sejati seringkali terletak dalam kebersamaan dan komitmen dalam kehidupan sehari-hari.


    3. Penggunaan Bahasa yang Sederhana namun Puitis: Anda menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana, tetapi tetap memikat. Kata-kata yang dipilih memberikan nuansa yang intim dan hangat, sehingga pembaca dapat merasakan kedekatan dalam setiap gambaran yang Anda sajikan.


    4. Kontras antara Cinta dan Realitas: Setiap bagian menyoroti kontras antara harapan cinta yang besar dan realitas kehidupan yang kadang tidak sejalan dengan impian. Ini memberi kedalaman pada pemahaman tentang cinta — bukan hanya sebagai perasaan, tetapi juga sebagai tindakan dan komitmen.



    Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna cinta dalam konteks yang lebih luas, mencakup berbagai pengalaman, harapan, dan realitas. Apakah Anda ingin mengembangkan tema ini lebih lanjut atau mendiskusikan aspek tertentu dari puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...