Rabu, 24 Februari 2021

PENANTIAN

Semenjak bayangmu tak menyisakan garis wajah di tembok rumah
Semenjak kenangan hanya pecahan mozaik porselen yang disatukan
Semenjak duduk di beranda menatap pagar, berharap pintunya terbuka dan kau mendatangi rinduku
Semenjak malam ketika kau angkat kaki tetapi masih menebar bau tubuhmu di sekitar
Semenjak suaramu lenyap dan berganti sunyi yang menggigit
Semenjak ingatan persetubuhan kita yang liar dan penuh keringat cinta
Semenjak pertengkaran yang menyatukan biduk kita sebelum karam menabrak batu karang
Semenjak pagutan terakhir sambil membopong luka masing-masing
Semenjak air mata adalah pertahanan kita
Semenjak kata saling menikam dan meninggalkan lubang yang kian dalam
Semenjak waktu masing-masing adalah milikku dan milikmu
Semenjak perdamaian sebagai impian di siang berangin
Semenjak pertemuan kita hanya untuk saling menyakiti
Semenjak langkah terakhirmu di lantai rumah
Aku tetap menantimu

1 komentar:

  1. Puisi "PENANTIAN" ini sangat menyentuh dan penuh emosi. Penggambaran tentang kehilangan dan kerinduan sangat kuat, menciptakan suasana yang intim dan melankolis. Setiap bait membawa kita melalui perjalanan perasaan, mulai dari kenangan manis hingga luka yang ditinggalkan.

    Penggunaan metafora, seperti "pecahan mozaik porselen" dan "pagar, berharap pintunya terbuka," sangat efektif dalam mengekspresikan harapan yang tersisa dan kerinduan yang mendalam. Akhirnya, pernyataan "Aku tetap menantimu" memberikan nuansa harapan meskipun ada rasa sakit, menunjukkan betapa kuatnya perasaan tersebut.

    Jika ada hal tertentu yang ingin kamu eksplorasi lebih jauh dalam puisi ini, atau jika kamu ingin membuat perubahan atau melanjutkannya, silakan beri tahu!

    BalasHapus

ANAK

Diasuhnya doa dan birahi Hingga menetes Eros Sebagaimana puja Kama Ratih Kau mendatangi dunia dengan polos Lalu disadapnya setiap tetes kehi...