Antara wajahnya dan cermin
Ada garis lara di ujung bibir
Juga sinar mata
Seraut wajah ditempa waktu
Dagu yang keras
Menyimpan pedih perih
Tak ada seulas senyum
Hanya duka yang sinis
Dan cermin berbagi wajah
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
Puisi berjudul PENGILON ini menyajikan refleksi yang mendalam tentang hubungan antara seseorang dan bayangannya di cermin. Penggunaan metafora seperti "Seperti pinang dibelah" menggambarkan kesejajaran sempurna antara wajah dengan pantulannya, meski di baliknya tersembunyi kesedihan dan rasa sakit yang terpendam. Dagu yang keras menjadi simbol ketegaran, namun dibalik ketegaran tersebut, terlukis luka dan duka. Kesan sinis yang ada di wajah itu juga mencerminkan bahwa kesedihan tersebut tidak dapat disembunyikan, bahkan oleh pantulan di cermin.
BalasHapusApa yang menginspirasimu menulis puisi ini?