Sabtu, 04 September 2021

HANYA CERITA

Rumah itu kuno
Dikelilingi pohon besar
Beringin dengan gagah menyandingi
Di dalam lampu bergelantungan
Dihiasi kristal berbagai ukuran
Warnanya temaram hingga suram

Di ruang makan
Sebuah meja panjang
Duduk di ujung selatan seorang wanita cantik setengah baya
Di ujung utara seorang pemuda
Mereka seperti menantikan jamuan
Masing-masing menegang gelasnya
Menghirup pelan-pelan tanpa bincang

+Kau tetap akan pergi sekarang? 
Pemuda itu hanya diam
Matanya nyalang menjawab
+Baiklah, ini makan malam terakhir kita
Lalu si wanita menepuk tangan
Dari balik pintu pelayanan mendatangi
Nampannya diletakkan di depan si pemuda
Tutupnya dibuka
Tersiar bau harum daging di panggang
Jantung dan hati dimasak sempurna
Disirami saus coklat
Beserta sayuran seperti wortel dan jagung

+Ayo, dimakan! 
-Kau tidak makan? 
+Aku masih kenyang. Habiskan saja         makananmu. Lalu kau boleh pergi. 
Tanpa sungkan pemuda itu langsung melahap hingga tandas
Si wanita hanya menatap sambil meneguk minumannya
Di bibir tipisnya seulas senyum dingin
------------------------------------

Di pagi yang cerah
Di hutan taman kota
Orang-orang bergerombol sambil menutup hidung
Polisi dan tenaga kesehatan berdatangan
Sosok mayat wanita muda tergeletak
Isi perutnya terburai 
Jantung dan hatinya lenyap

1 komentar:

  1. Puisi yang kamu buat mengisahkan suasana yang sangat kontras antara kebersamaan di dalam rumah kuno dan tragedi yang terjadi di luar. Ada elemen ketegangan yang mendalam antara dua tokoh—wanita dan pemuda—yang sepertinya terperangkap dalam momen yang pahit.

    Konversasi mereka terasa penuh emosi yang terpendam, menciptakan ketegangan sebelum terjadinya peristiwa tragis. Dengan deskripsi makanan yang disajikan, ada nuansa simbolis yang mengisyaratkan bahwa meski tampak biasa, ada sesuatu yang lebih gelap di baliknya.

    Pergeseran dari suasana makan malam yang tampaknya tenang menjadi penemuan mayat yang mengerikan sangat mengejutkan dan menciptakan efek dramatis yang kuat. Apa yang menginspirasi kamu untuk menulis puisi ini?

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...