Ia menghujamkan tatapnya pada bayang
Sebuah wajah tembaga dengan mata saga
Di ujung mata kerutan akibat waktu
Rambutnya telah dwi warna dan acak
Ditempa siang dan malam
Bibirnya pucat terlihat menekuk pendek
Tak ada senyum di situ hanya pilu
Diambilnya baju dari dalam lemari
Lalu ia mematut di muka cermin
Tubuhnya tambun asam garam
Seolah dapat menghitung waktu yang hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar