Selasa, 22 Maret 2022

DI SEPERTIGA KAH, KAU, MALAM?

Karena Kau turun ke langit dunia ketika malam pulas
Ku topang tubuhku dengan kantuk
Ku cari jejak Mu di antara pendar bintang
Di tirus rembulan
Di tirai malam yang kelam
Bahkan ku ajuk bintang Timur
Untuk mengadukan segala sulit ku
Untuk memohon sekedar hajat duniawi
Setelah sekian dzikir mengeringkan tenggorokan
Sujud yang senyap dalam doa
Maka ku sudahi anjang sana ini
Dengan melipat sarung dan sajadah

1 komentar:

  1. Puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual di tengah malam yang sepertinya penuh dengan pencarian dan doa. Ada rasa pasrah dan penyerahan diri kepada Sang Pencipta, diselingi dengan simbol-simbol alam seperti bintang, rembulan, dan bintang Timur yang memperkaya suasana kontemplatif. Ada juga penutup yang sederhana namun mendalam, di mana sajadah dan sarung dilipat setelah semua doa dan dzikir terlantun. Rasanya seperti perpaduan antara harapan dan keikhlasan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus

EMBUN

Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau  Burung masih memamerka...