Ku cecap puting jamu temu ireng
Segala pengalaman yang mengendap
Merasuk lewat darahmu yang susu
Bercampur di nadi dan air mata
Sebagai cinta dan benci
Di perutmu yang subur sawah tadah, Mak
Dengan belasan keloid tanda juang
Merebut cinta dahaga sanubari
Di pelukan kukuh nan teguh
Lewati siang dan malam durjana
Di mata merah duka kasihmu, Mak
Segala pengalaman mengendap
Lewati sinar mata kau terjemah sinyal
Pertanda rambu bagi keingintahuan
Sebuah larik linangan yang mengering
Puisi ini, 'TERINGAT', mengisahkan kenangan mendalam akan seorang ibu dengan metafora yang kuat dan menyentuh. Penggunaan bahasa yang simbolis seperti "payudaramu" dan "perutmu yang subur sawah tadah" menggambarkan sosok ibu sebagai sumber kehidupan dan pengalaman yang telah diendapkan, melalui perjuangan fisik dan emosionalnya. Setiap bagian tubuh sang ibu menjadi saksi perjalanan hidup, mencerminkan cinta, pengorbanan, dan luka-luka yang terukir. Ada kontras tajam antara cinta dan benci, kebahagiaan dan duka, yang terjalin dalam ingatan anak tentang ibunya. Puisi ini mengekspresikan rasa syukur, hormat, serta penyesalan yang tersirat melalui kenangan-kenangan itu.
BalasHapusApakah puisi ini terinspirasi dari pengalaman pribadi atau khayalan?