Angin kemarau melesak, masuk,
di siang yang kering,
lewat jendela pintu yang terkuak,
lalu berkubang di seantero ruang
Aku duduk bersandar di sisi. Di tembok
Keringat menetes menganak sungai
Menggenapi kulit, terlebih baju
Kantukpun tak dapat menampik sumuk
Dengan senyap angin mendatangiku, memeluk
Berjingkat di sekujur tubuh hingga bercampur keringat
Sejenak sejuk dan nyaman menyelimuti
Sekejap kemudian terbang melenggang menuju pintu utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar