dimana serpih tak lengkap
dari pikiran yang usang
ditisik ulang
dengan jari yang luka
membentuk hampar kenangan
Kita selalu mencoba
menyelaraskan langkah
Mengeja dengan tergagap
setiap serpih
agar menjadi pedoman
kearah mana kaki penuju
Ku singkap embun di selasar Di balik daun seperti biasanya Dan pagi masih di timur Seperti kemarau yang telah lampau Burung masih memamerka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar